z-logo
open-access-imgOpen Access
FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA YANG MEREPRESENTASIKAN FILM AS SOCIAL PRACTICE BAGI WANITA MUSLIMAH
Author(s) -
Syaiful Qadar Basri
Publication year - 2018
Publication title -
sosiohumaniora: jurnal ilmiah ilmu sosial dan humaniora/sosiohumaniora : jurnal ilmiah ilmu sosial dan humaniora
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2579-4728
pISSN - 2443-180X
DOI - 10.30738/sosio.v4i2.2863
Subject(s) - humanities , art
Tujuan dari penelitian ini yakni Pertama, untuk mengkaji secara mendalam mengenai fungsi film sebagai media edukasi dan social practice bagi masyarakat Indonesia. Kedua, untuk mengetahui apakah tokoh Hanum, Fatma, dan Marion dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa  menjadi representasi seorang wanita muslimah yang memegang teguh ajaran agamanya, sekalipun berada di negara yang menganggap Islam masih menjadi agama minoritas.  Pada pengkajian analisis ini, peneliti memfokuskan pada film 99 Cahaya di Langit Eropa karya Guntur Soeharjanto yang rilis pada 29 November 2013. Film yang bergenre drama religi tersebut mengekspose nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita yang mengisahkan kehidupan seorang wanita muslimah bernama Hanum dan Fatma, dan bersetting di Indonesia, Austria, dan Perancis. Film 99 Cahaya di Langit Eropa, produser ingin memunculkan nilai edukasi dan social practice masyarakat ketika dihadapkan pada tayangan film yang bernilai religi dan sarat akan pesan-pesan sosial di dalamnya. Selain itu, di dalam film tersebut, setelah dikaji dengan menggunakan teori semiotika Barthes, ditemukan bahwa di film tersebut mengandung makna denotasi, konotasi, serta mitos yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Setiap film yang dimunculkan ke masyarakat tentu memiliki pesan tersirat yang ingin disampaikan. Bagaimana tokoh tersebut menempakan atau memposisikan dirinya sebagai muslimah yang taat pada agamanya di tengah negara yang memarjinalkan dirinya juga menjadi salah satu nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat agar mereka memahami lebih dalam lagi bahwa setiap film yang diciptakan tentu memiliki fungsinya tersendiri. Apakah film tersebut berfungsi sebagai seni atau hiburan, ataukah berfungsi sebagai media edukasi dan social practice bagi masyarakat.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here