
Pribumi Subaltern dalam Novel Lampuki Karya Arafat Nur (Kajian Poskolonial Gayatri C. Spivak)
Author(s) -
Sulistianawati Sulistianawati
Publication year - 2020
Publication title -
stilistika
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2614-3127
pISSN - 1978-8800
DOI - 10.30651/st.v13i2.4533
Subject(s) - subaltern , humanities , political science , sociology , art , politics , law
ABSTRAKPribumi subaltern menjadi subjek nyata adanya gejolak penindasan oleh serdadu pemerintah dan gerakan bawah tanah dalam situasi Aceh yang telah beralih menjadi Daerah Operasi Mililiter. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penyalahgunaan tahta tertinggi, adanya pemberontakan gerakan bawah tanah sebagai bentuk perlawanan, dampaknya bagi kaum subaltern seperti pelecehan seksual, mentalitas down, dan dimiskinkan. Data diperoleh dengan teknik pustaka dari sumber tertulis berupa kata dan kalimat dalam novel kemudian dianalisis dengan metode analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukan dominasi kekuasaan penguasa superior yang menduduki tahta tertinggi, dua bentuk perlawanan berupa caci maki serta aksi pemberontakan, dan dampaknya bagi subaltern begitu signifikan memunculkan keterpurukan, semakin merajalela pelecehan seksual, mentalitas down akhirnya termiskinkan. Pada akhirnya subaltern semakin lemah, ketakutan dan tak berdaya. Adanya persekutuan pemberontak sebagai akibat mentalitas era kolonial yang masih menjarah pemikiran masyarakat. Pada dasarnya penjajahlah yang menjadi cikal bakal adanya teroris dan pemberontakan. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih untuk mendukung kebijakan pemerintah mendisiplinkan politik agar tidak mengalami carut-marut. Serta menjadi pengingat bagi masyarakat akan masih adanya gerakan bawah tanah dalam bentuk apapun yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat lain, dalam menghadapi kolonialisme yang masih berkembang hingga saat ini.Kata kunci: subaltern, poskolonial, perlawanan, pemberontakABSTRACTSubaltern natives are the real subject of the turmoil of oppression by government troops and underground movements in the Aceh situation which has turned into the Military Operations Area. The purpose of this study is to describe the abuse of the highest throne, the existence of an underground movement rebellion as a form of resistance, the impact on the subalterns such as sexual harassment, down mentality, and impoverished. Data obtained by library techniques from written sources in the form of words and sentences in the novel and then analyzed by descriptive analysis method. The results showed the dominance of the power of superior rulers who occupied the highest throne, two forms of resistance there are in the form of insults and acts of rebellion, and the impact on subalterns was so significant that it leds to adversity, increasingly rampant sexual harassment, the down mentality finally impoverished. In the end the subaltern is getting weaker, frightened and helpless. The existence of the rebel alliance is as a result of the mentality of the colonial era which still plundered the minds of the people. Basically, invaders are the embryo of terrorists and rebellion. This research is expected to contribute to support government policy to discipline politics. Therefore, it does not experience chaos. As well as a reminder to the public of the existence of underground movements in any form that threatens the survival of other communities, in the face of colonialism that is still developing today.Keyword: subaltern, postcolonial, resistance, rebel