z-logo
open-access-imgOpen Access
CITRA PEREMPUAN PADA CERPEN SEPASANG MATA YANG TERPENJARA DAN PEREMPUAN ITU PERNAH CANTIK
Author(s) -
Harum Ika Praningrum
Publication year - 2021
Publication title -
lingua franca: jurnal bahasa, sastra dan pengajarannya/lingua franca : jurnal bahasa, sastra, dan pengajarannya
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2580-3255
pISSN - 2302-5778
DOI - 10.30651/lf.v5i2.7075
Subject(s) - humanities , art
Penelitian ini berusaha membandingkan dua cerpen yang berjudul Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara (SMDYT) karya Ni Komang Ariani dan Perempuan Itu Pernah Cantik (PIPC) karya Mashdar Zainal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sastra bandingan dan kritik sastra feminis. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu (1) penetapan objek penelitian, (2) pengumpulan data yang akan dianalisis, (3) analisis data, (4) penyajian hasil analisis data. Setelah dibandingkan kedua cerpen ini memiliki kesamaan dalam hal bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dari dua cerpen tersebut. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender tersebut adalah marginalisasi, stereotip, dan beban kerja ganda. Adapun perbedaan dua cerpen tersebut adalah kehadiran tokoh ibu dalam SMDYT dan tidak hadirnya sosok ibu dalam PIPC, perbedaan penggambaran watak tokoh suami, dan perbedaan sikap dalam menerima peran sebagai seorang istri dalam konteks tradisional.  Kata Kunci: sastra bandingan, citra perempuan, cerpen This research attempts to compare two short stories entitled Sepasang Mata Dinaya Yang Terpenjara (SMDYT) by Ni Komang Ariani and Perempuan Itu Pernah Cantik (PIPC) by Mashdar Zainal. The approach used is the comparative literature and feminist literary criticism. This research is conducted in several stages, namely (1) determining the object of research, (2) collecting data to be analyzed, (3) analyzing the data, (4) presenting the results of the data analysis. After comparing the two short stories, they have similarities in terms of the form of gender injustice experienced by each of the main characters of the two short stories. The forms of gender injustice are marginalization, stereotypes, and double workloads. The differences between the two short stories are the presence of a mother figure in SMDYT and the absence of a mother figure in PIPC, the differences in the representation of the husband's character, and differences of attitudes in accepting the role of a wife in a traditional context. Keywords: comparative literature, image of woman, short story

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here