z-logo
open-access-imgOpen Access
EXTENSIVELY DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (XDR TB)
Author(s) -
Sarah Rahmayani Siregar
Publication year - 2019
Publication title -
averrous
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2502-8715
pISSN - 2477-5231
DOI - 10.29103/averrous.v5i2.2079
Subject(s) - medicine , levofloxacin , extensively drug resistant tuberculosis , ethambutol , isoniazid , gynecology , traditional medicine , tuberculosis , microbiology and biotechnology , antibiotics , mycobacterium tuberculosis , biology , pathology
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Tuberkulosis (TB) sebagian besar akan mengalami penyembuhan dengan pengobatan. Namun tidak semua penyakit TB sembuh dengan pengobatan. Hal ini disebabkan pengobatan dari TB yang belum terlaksana dengan baik sehingga dapat pula menyebabkan terjadinya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT), berupa Multidrug Resistant Tuberkulosis (MDR TB) dan Extensively Drug Resistant Tuberculosis (XDR TB). XDR TB adalah TB yang disebabkan oleh strain yang resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin, disertai resisten terhadap salah satu fluorokuinolon dan salah satu dari tiga obat injeksi lini kedua (amikasin, kapreomisin atau kanamisin). XDR TB diperkenalkan tahun 2006 ketika terjadi epidemi yang sangat fatal di Afrika Selatan. XDR-TB dapat ditularkan melalui bakteri yang disebarkan oleh orang yang sudah terkena resistensi obat. Diagnosis XDR-TB ditegakkan dengan uji sensitiviti obat atau Drug Susceptibility Testing (DST), bukan sekedar berdasarkan gambaran foto toraks dan adanya faktor resiko yang ada pada seseorang. WHO telah merancang strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS-Plus) untuk mengelola TB M/XDR di negara-negara miskin sumber daya. Revisi National Tuberculosis Programme (RNTCP) di bawah DOTS-Plus akan menggunakan rejimen pengobatan standar (STR) kategori IV, yang terdiri dari 6 obat (kanamisin, levofloxacin, etionamid, sikloserin, pirazinamid, dan etambutol) selama 6-9 bulan fase intensif dan 4 obat (levofloxacin, ethionamide, cycloserine, dan ethambutol) selama 18 bulan dari fase lanjutan. Penyembuhan tergantung pada tingkat resistensi obat, tingkat keparahan penyakit dan apakah sistem kekebalan pasien terganggu.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here