z-logo
open-access-imgOpen Access
“JIKA DINDING BISA BERBICARA?” STREET ART DAN REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KARYA-KARYA STENSIL DIGIE SIGIT
Author(s) -
Evan Sapentri
Publication year - 2020
Publication title -
melayu arts and performance journal
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2656-3509
pISSN - 2656-0232
DOI - 10.26887/mapj.v3i1.1337
Subject(s) - art , humanities , representation (politics) , public space , sociology , art history , politics , political science , law , engineering , architectural engineering
This research examines Digie Sigit’s stencil works in Yogyakarta. This paper focuses on explaining and understanding the material and immaterial aspects of Digie Sigit’s stencil works along with analyzing women’s representation form which is portrayed in his works. In collecting the research data, the researcher did observation by examining Digie Sigit’s stencil works directly and doing deep interviews. Throughout his works, Digie Sigit wants to show appreciation and resistance of mothers as a heroine. He tries to create a possibility space where the public can see and directly meet his works. Women figures are chosen as power representation in earning money for living. They do not care when they are often ostracized and even do not get working assurance from the government. The public space is made as nowadays’ city representation along with as critics about life, especially for the young generation of this country ABSTRAKPenelitian ini mengkaji karya-karya stensil Digie Sigit di Yogyakarta. Tulisan ini berikhtiar menjelaskan dan memahami aspek-aspek material dan imaterial karya-karya stensil Digie Sigit sekaligus menganalisis bentuk representasi perempuan yang digambarkan dalam karya stensil Digie Sigit. Dalam pengumpulan data penelitian, penulis melakukan observasi dengan mengamati karya-karya stensil Digie Sigit secara langsung dan melakukan wawancara mendalam. Melalui karyanya, Digie Sigit ingin menunjukkan apresiasi dan resistensi ibu-ibu sebagai pahlawan. Ia mencoba menciptakan ruang kemungkinan di mana publik bisa melihat dan bertemu langsung dengan karyanya. Figur perempuan dipilih sebagai representasi kekuatan dalam mencari nafkah tak peduli ia kerap dikucilkan bahkan tak diberikan jaminan kerja oleh pemerintah. Ruang publik dijadikannya sebagai representasi kota saat ini sekaligus sebagai kritik tentang kehidupan, terutama untuk anak-anak muda di negeri ini.Kata kunci: Digie Sigit, Grafiti, Ruang Publik, Stensil, Street Art

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here