
MUSIK SAKO SENG DAN AKULTURASI: FENOMENA KEBUDAYAAN DITINJAU DARI SEGI DAMPAKNYA PADA MASYARAKAT WATUBLAPI FLORES NTT
Author(s) -
Katharina Kojaing
Publication year - 2017
Publication title -
ekspresi seni/ekspresi seni : jurnal ilmu pengetahuan dan karya seni
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
eISSN - 2580-2208
pISSN - 1412-1662
DOI - 10.26887/ekse.v19i1.127
Subject(s) - art , humanities
Sako Seng adalah kegiatan mencangkul ladang pertanian secara gotong-royong dengan sistim Gilis (bergilir), yang dilakukan dengan cara mengangkat cangkul dan memaculkan ke tanah secara serentak dalam satu irama, diirngi musik tradisional Korak (Tempurung Kelapa) dan Reng (Giring-giring). Instrumen musik tersebut berfungsi sebagai pengiring sekaligus memotivasi semangat dalam aktivitas mencangkul. Budaya Sako Seng terdapat di kampung Watublapi Kabupaten Sikka pulau Flores Propinsi NTT, dan merupakan rutinitas tahunan yang berlangsung dari bulan Juli hingga akhir November (musim kemarau hingga musim hujan), yang melibatkan para orang tua dan muda-mudi kampung. Untuk mengetahui dampak munculnya akulturasi terhadap atraksi musik Sako Seng dan perkembangannya hingga saat ini, maka penelitian ini dikaji dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif-antropologi dan etnomusikologi dengan mengacu pada teori Perubahan Budaya, dengan metode etnografi.