Open Access
Penyajian Musik Tradisional Gandrang dalam Prosesi Akkorongtigi
Author(s) -
Sri Wahyuni Muhtar
Publication year - 2021
Publication title -
nuansa journal of arts and design
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2597-4041
pISSN - 2597-405X
DOI - 10.26858/njad.v4i2.17291
Subject(s) - humanities , art
Berangkat dari penelitian terdahulu mengenai fungsi musik tradisional gandrang dalam prosesi akkorongtigi pada upacara pa’buntingang adat Makassar yaitu sebagai daya tarik yang khas. Maka penulis ingin mengetahui bagaimana penyajian menarik tersebut dengan merumuskan masalah penelitian : (1) bagaimana bentuk tabuhan musik tradisional gandrang saat mengiringi prosesi akkorongtigi ?, (2) bagaimana penyajian kelompok musik tradisional gandrang saat mengiringi prosesi akkorongtigi ?. Konsep dan teori tentang bentuk dan penyajian dari beberapa sumber digunakan sebagai acuan dalam membahas masalah penelitian yang telah dirumuskan. Pendekatan penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data : studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yaitu kelompok musik tradisional, penyelenggara acara, dan tokoh masyarakat setempat menggunakan teknik purposive sampling. Lokasi penelitian di Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar.Teknik analisis data yaitu penyajian data, klasifikasi data, analisa data, reduksi data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian bentuk tabuhan musik tradisional gandrang saat mengiringi prosesi akkorongtigi adalah bertekstur heteroponik karena melodi tunggal dibunyikan oleh pui’-pui’ dan dimainkan bersama ritmik gendang dan gong, terdapat dua jenis tabuhan yaitu tundrung bale’sumanga’ dan tundrung pakanjara’. Ditemukan juga pada kedua tabuhan menggunakan whole not, quarter not dan eight not. Selanjutnya, penyajian kelompok musik tradisional gandrang saat mengiringi prosesi akkorongtigi yaitu menggunakan tiga instrumen musik termasuk gendang, pui’pui’, dan gong. Kelompok musik tradisional juga berpakaian jas tutup warna merah, celana dan sarung untuk bawahan, serta mengenakan patonro’ berwarna merah di kepala. Dalam pertunjukannya mereka juga dalam posisi duduk assulengka memainkan dua instrumen gendang, satu pui’-pui, dan satu gong. Dimana kelompok musik tradisi tersebut berjumlah empat orang, dua pagandrang, satu pappui’-pui’dan satu lagi patunrung dengkang. Susunan penyajian diawali dengan tundrung bale’sumanga’ saat mengiringi pemberian daun pacar ke calon pengantin dan ditutup dengan tundrung pakanjara’ menghibur penonton.