
KEKERASAN PSIKO-SOSIAL DALAM PENDIDIKAN DAN KENISCAYAAN BIMBINGAN KONSELING
Author(s) -
Andi Mappiare-AT
Publication year - 2013
Publication title -
jurnal psikologi : teori dan terapan/jurnal psikologi teori dan terapan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2597-9035
pISSN - 2087-1708
DOI - 10.26740/jptt.v3n2.p113-124
Subject(s) - sociology , psychology , social psychology , humanities , philosophy
Violence in any form and reason specifically in educational setting will affects every individual. Teachers should be aware that violence has historical cycle in society, community, even in individual levels. Based on the consideration, this paper tries to: 1) understand the root of violence, its values and its personal and social characteristics; 2) recognize the social characteristics of patriarchy and matriarchy in educational setting, and the necessity for counselors of having matriarchal communication styles; and 3) assert the importance of school counselors to equip themselves with balanced, empathic, and mutual communication. This paper concludes that the root of violence is not inherent in human nature but socially learned and inherited. Secondly, matriarchal characteristics in social relations are needed to prevent violence. Third, school counselors should equip themselves with mutualcommunications.Abstrak: Kekerasan bentuk apapun, dalam latar manapun, khususnya dalam dunia pendidikan, membawa dampak merugikan bagi banyak pihak. Para pendidik perlu menyadari bahwa kekerasan memiliki siklus historis baik pada kesatuan sosial terbesar, komunitas terbatas, maupun individu. Atas dasar itu, tujuan kajian ini adalah: pertama, mengenali 'akar kekerasan', sifat personal, sifat sosial, dan nilai yang dikandungnya untuk dapat dipahami dan dikelola; kedua, mengenali keberadaan sifat-sifat sosial patriarki dan matriarki dalam institusi pendidikan, serta bagaimana keniscayaan komunikasi konselor di bawah sifat matriarki; ketiga, pentingnya konselor/Guru Bimbingan Konseling (BK) melengkapi diri dengan komunikasi berimbang, empatik, saling berbagi, dan saling memenuhi kebutuhan. Setelah melalui kajian konseptual, tulisan ini menyimpulkan bahwa: pertama, 'akar kekerasan' adalah tidak melekat pada hakekat manusia, melainkan terkandung dalam sifat sosial yang dipelajari dan diwariskan secara sosial; kedua, keberadaan sifat sosial dan sifat matriarki (pengganti yang patriarki) adalah niscaya adanya untuk mencegah kekerasan; dan ketiga, konselor perlu melengkapi diri dengan komunikasi berimbang.