
Skrining Miopia pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Temanggung
Author(s) -
Nurjaurjana
Publication year - 2018
Publication title -
jurnal ilmu kesehatan masyarakat/jurnal ilmu kesehatan masyarakat
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2548-7949
pISSN - 2086-6380
DOI - 10.26553/jikm.2018.9.2.134-140
Subject(s) - gynecology , medicine , psychology
Latar Belakang: Miopia adalah satu kelainan refraksi yang menyebabkan gangguan penglihatan. Deteksidini pada anak usia sekolah sangat diperlukan untuk mencegah gangguan penglihatan permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko miopia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.Metode: Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study. Skrining dilakukan terhadap siswa kelas 4-6 di Kecamatan Temanggung dan Ngadirejo (dipilih 3 sekolah perkecamatan). Pengukuran visus dilakukan oleh petugas puskesmas yang terlatih menggunakan kartu snellen. Data mengenai faktor risiko diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh orang tua siswa. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.Hasil Penelitian: Terdapat 477 siswa yang diperiksa, 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Rentang umur antara 9-15 tahun. Prevalensi miopia sebesar 14,7% (95% CI: 0,11-0,17). Prevalensi miopia lebih banyak ditemukan pada siswa perempuan (17,5%), berasal dari Kecamatan Ngadirejo (17,3%) dan sedang duduk di kelas 6 (23,1%). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan miopia adalah riwayat genetik (OR=2.41, 95% CI: 1.29-4.38) p-value 0.002, lama menonton televisi dan/atau bermain game(OR=2.08, 95%CI: 1.17-3.79) p-value 0.007, jarak membaca (OR=1.83, 95% CI: 1.04-3.22) p value 0.034 dan posisi saat membaca (OR=2.46, 95%CI: 1.26-4.68) p-value 0.003. Analisis multivariat menunjukkan bahwa riwayat genetik merupakan faktor risiko utama penyebab miopia (OR=2.23; 95%CI; 1,23-4,02).Kesimpulan: Prevalensi miopia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung cukup tinggi. Riwayat genetik merupakan faktor risiko utama miopia. Disarankan agar melakukan skrining secara rutin untuk mencegah gangguan penglihatan permanen. Anak dengan riwayat genetik miopia harus dibatasi dalam melakukan aktivitas melihat dekat.