Open Access
ANALISIS STILISTIKA SENO GUMIRA AJIDARMA DALAM CERPEN REMBULAN DALAM CAPUCINO: KAJIAN POSTMODERNISME JEAN FRANCOIS LYOTARD [Seno Gumira Ajidarma’s Literary Stylistics in “A Short Story Rembulan dalam Capucino”: A Study of Jean Francois Lyotard Postmodernism]
Author(s) -
Kahar Dwi Prihantono
Publication year - 2018
Publication title -
totobuang : jurnal ilmiah kebahasaan dan kesastraan/totobuang: jurnal ilmiah kebahasaan dan kesastraan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2597-6184
pISSN - 2339-1154
DOI - 10.26499/ttbng.v6i1.79
Subject(s) - postmodernism , art , style (visual arts) , literature , meaning (existential) , poetry , stylistics , humanities , philosophy , epistemology
The research analyzes literary stylistics of Seno Gumira Ajidarma’s short story, "Rembulan dalam Capucino ",by taking advantages of Lyotard’s postmodernismperspectives. By applying andescriptive method, the writer found postmodern storytelling stylistics involving at least seven postmodern styles, namely fragmentation, sublim language play, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Fragmentation wasfound in the style of merging separate fragments of rembulan and creating its new meanings.Sublime language play was seen on SGA trials to change something impossible to be possible. Pastiche style was seen in the quotation of Pablo Neruda's poem which expressed it took a glance to love someone and it took a very long time to forget someone. Parodic style was seen inthe exchange of “moon” for “soto Betawi” in Italian restaurant. Camp appeared in the elimination of characters’ names as in common short stories. Schizophrenia arose at SGA's story about a“moon”(rembulan) that could serve as a sign or symbol of shifted meaning between the marker and the mark. When the established meaning of the “moon”(rembulan) referred to the 'celestial bodies which surround the earth, shine at night by the reflection of the sun' and 'night beauty', SGA shifted its meaning as a burden of forgetting someone.Penelitian ini menganalisis stilistika sastra Seno Gumira Ajidarma (SGA) dalam cerita pendek “Rembulan dalam Capucino” dari sudut pandang postmodern Lyotard. Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis menemukan kepostmodernan gaya SGA yang melibatkan sekurang-kurangnya tujuh gaya postmodernisme, yakni fragmentasi, permainan bahasa yang sublim, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Gaya fragmentasi terlihat pada gaya penggabungan sejumlah fragmen terpisah tentang rembulan sehingga menciptakan makna baru. Permainan bahasa yang sublim tampak pada permainan SGA mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Gaya pastiche terlihat pada pengutipan puisi Pablo Neruda yang menceritakan singkatnya mencintai seseorang dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melupakan seseorang. Gaya parodi terlihat pada penukaran rembulan dengan soto Betawi di restoran Italia. Gaya kitsch, Gaya camp muncul pada peniadaan nama-nama tokoh selayaknya cerpen kebanyakan. Gaya skizofrenia muncul pada pengisahan SGA mengenai rembulan yang dapat dijadikansebagai tanda atau simbol makna yangbergeser antara penanda danpetandanya. Ketika makna rembulan yang telah mapan mengacu pada ‘benda langit yg mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari’ dan ‘kecantikan malam’, SGA menggeser maknanya sebagai sebuah beban melupakan seseorang.