Open Access
Sistem Bilangan Beberapa Bahasa di Wilayah Papua, NTT, dan Maluku Utara
Author(s) -
Sri Winarti
Publication year - 2017
Publication title -
ranah : jurnal kajian bahasa/ranah : jurnal kajian bahasa
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2579-8111
pISSN - 2338-8528
DOI - 10.26499/rnh.v6i2.450
Subject(s) - numeral system , mathematics , geography , linguistics , arithmetic , philosophy
This paper wishes to describe the numeral systems in the regions of Papua, East Nusa Tenggara (NTT) and North Maluku, namely Marind language (Papua), Tarfia language (Papua), Alor language (NTT), Adang language (NTT), Eastern Makian language (North Maluku) and Ternate language (North Maluku). This paper aims to determine the similarities and the differences among the six languages. This research uses a qualitative method. The result of this study is explaining that all those six languages have unique numeral systems, which differs from one regional language to other regional languages. Although they are different, the six languages also have similarities, that is they have cardinal numbers and the development of cardinal numbers. The lexical shapes used in the six languages in forming the numbers can be grouped into two, namely (1) the cardinal number and (2) the development of the cardinal number. The cardinal numbers in the six languages can be grouped into two parts, namely (1) languages that fall under the category of less-than-en cardinal number system and (2) the languages that fall under the category of ten cardinal numbers. Abstrak Makalah ini mendeskripsikan sistem bilangan beberapa bahasa di wilayah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku Utara, yaitu bahasa Marind (Papua), bahasa Tarfia (Papua), bahasa Alor (NTT), bahasa Adang (NTT), bahasa Makian Timur (Maluku Utara), dan bahasa Ternate (Maluku Utara). Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan keenam bahasa-bahasa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa keenam bahasa tersebut memiliki sistem bilangan yang khas, yang berbeda antara satu bahasa daerah dengan bahasa daerah lainnya. Walaupun berbeda, keenam bahasa-bahasa itu juga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki bilangan pokok dan pengembangan bilangan pokok. Bentuk leksikal yang digunakan pada keenam bahasa tersebut dalam membentuk bilangan-bilangan dapat dikelompokkan atas dua, yaitu (1) bilangan pokok dan (2) pengembangan bilangan pokok. Bilangan pokok pada keenam bahasa itu dapat dikelompokkan atas dua bagian, yaitu (1) bahasa-bahasa yang termasuk kategori sistem bilangan pokok yang kurang dari sepuluh dan (2) bahasa-bahasa yang termasuk kategori bilangan pokok sepuluh.