
STRATEGI BUDAYA TOPENG BETAWI: STUDI KASUS NYI MEH, MAESTRO TOPENG BETAWI
Author(s) -
Mursalim Kiftiawati
Publication year - 2020
Publication title -
loa
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2714-8653
pISSN - 1907-073X
DOI - 10.26499/loa.v15i1.2335
Subject(s) - sociology , humanities , art , visual arts , art history
Abstrak Topeng Betawi merupakan kesenian tradisional Betawi yang hingga tahun 1970-an sangat terkenal di masyarakat. Pada tahun 2000-an, kesenian ini redup bahkan terancam punah. Masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi yang dilakukan seniman topeng Betawi dalam mempertahankan kesenian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan sejumlah strategi budaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisional. Metode penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan, meliputi wawancara dan observasi lapangan terhadap Nyi Meh, maestro topeng Betawi tahun 1970-an. Penelitian ini merujuk pada teori antropologi budaya yang dikemukakan Koentjaraningrat, Keesing, Malinowski, Ranjabar, Alwasilah, Sendjaja, dan Yunus. Temuan penting penelitian ini adalah idealisme Nyi Meh dalam berkesenian dan melestarikan teater topeng Betawi membawanya pada sejumlah strategi dan sikap dalam menghadapi penghargaan yang tidak memadai dari masyarakat ataupun lembaga pengayom. Hasil penelitian lapangan ini melengkapi tesis Yvone Tri Yoga Hoesodoningsih dan disertasi Ninuk Kleden-Probonegoro mengenai Nyi Meh sebagai kembang (primadona/maestro) topeng Betawi. Kata kunci: topeng Betawi, strategi budaya, pemertahan budaya AbstractBetawi mask is a Betawi traditional art that until the 1970s was very popular in the community. In the 2000s, this art was dim and even threatened with extinction. The problem of this research is how the strategy used by Betawi mask artists in maintaining the art. The purpose of this study is to formulate a number of cultural strategies undertaken to maintain traditional arts. The method of research conducted by the author is field research including interviews and field observations of Nyi Meh, maestro Betawi mask in the 1970s. This research refers to the cultural anthropology theory proposed by Koentjaraningrat, Keesing, Malinowski, Ranjabar, Alwasilah, Sendjaja, and Yunus. An important finding obtained from this research is Nyi Meh's idealism in performing arts and preserving Betawi mask theater led to a number of strategies and attitudes in the face of inadequate appreciation from the public or the protecting institutions. The results of this field study complement the Yvone Tri Yoga Hoesodoningsih thesis and Ninuk Kleden-Probonegoro's dissertation about Nyi Meh as a Betawi mask flower (excellent/maestro). Keywords: Betawi mask, cultural stategy, cultural maintanance