z-logo
open-access-imgOpen Access
KONTESTASI DAN IDEOLOGI ALTERNATIF DALAM NOVEL WANASITU ANNI IMRA’AH KARYA IHSAN ABDUL QUDUS: ANALISIS HEGEMONI GRAMSCI
Author(s) -
Iwan Saputra
Publication year - 2021
Publication title -
kibas cenderawasih
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
eISSN - 2656-0607
pISSN - 1858-4535
DOI - 10.26499/kc.v18i2.301
Subject(s) - sociology , humanities , feminism , theology , philosophy , gender studies
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kontestasi serta ideologi alternatif yang terdapat dalam novel Wanasitu Anni Imra’ah (WAI) karya Ihsan Abdul Qudus dengan menggunakan kerangka analisis Antonio Gramsci tentang sosiologi sastra. Gramsci melihat bahwa sastra merupakan situs konstetasi dan negosiasi ideologi. Pandangan tersebut berdasarkan pada gagasan bahwa sastra memiliki peran yang penting untuk mempertahankan atau melanggengkan tatanan sosial yang ada. Sebaliknya, sastra juga dapat berperan untuk meruntuhkan dominasi yang telah terbangun. Melalui karya sastra, pengarang berusaha memberikan alternatif ideologi yang dianggapnya sebagai solusi baik pada penguasa maupun kelompok subaltern.   Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa novel WAI hasil artikulasi berbagai macam ideologi pasca revolusi Mesir. Patriarki merupakan ideologi yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat yang mana ideologi tersebut menjadi dasar dominasi laki-laki atas wanita. Disamping itu, banyak ideologi lain yang terdapat dalam novel WAI seperti islam, marxisme, hedonisme, kapitalisme, nasionalisme, dan kolonialisme. Kontestasi yang terjadi dalam novel WAI merupakan respon atas dominannya gerakan perempuan untuk mendapatkan posisi pada tingkat elit (kekuasaan). Hubungan antara ideologi dalam WAI, yaitu subordinatif, korelatif dan kontradiktif.   Melalui novel WAI, pengarang berusaha menawarkan ideologi alternatif sebagai konter hegemoni terhadap dominasi patriarki yakni feminism eksistensialis. Ideologi tersebut ditawarkan oleh pengarang atas respon terhadap perubahan zaman dan pemerintahan pasca jatuhnya kekuasaan Gamal Abdul Nasser. Feminisme eksistensialis dianggap sebagai jembatan bagi perempuan untuk membangun hubungan-hubungan sosial serta kepemimpinan dalam masyarakat Mesir.  

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here