
Makna Simbolik Arsitektur Gereja Santo Cornelius Kelurahan Pangongangan Kecamatan Manguharjo Kota Madiun Jawa Timur
Author(s) -
Annisa Tri Rahmawati,
Abraham Nurcahyo
Publication year - 2017
Publication title -
agastya
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2502-2857
pISSN - 2087-8907
DOI - 10.25273/ajsp.v7i2.1492
Subject(s) - humanities , art
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolik arsitektur Gereja Santo Cornelius. Penelitian ini dilakukan di Gereja Katolik Santo Cornelius Kelurahan Pangongangan Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian sejarah, sehingga menggunakan metode sejarah dalam pelaksanaanya. Teknik pengambilan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah analisis data model interaktif. Gereja Santo Cornelius berdiri tanggal 12 Maret 1899, dibangun dengan memiliki menara dan salib diatasnya. Dinamakan Gereja Santo Cornelius karena Cornelius adalah seorang imam yang bijaksana,saleh dan seorang imam yang penuh kedamaian, keadilan dan kemuliaan Tuhan dengan Mahkota Kemartiran. Kerena hal itulah, umat Katolik menamakan dengan Gereja Santo Cornelius. Tabernakel dilengkapi dengan lampu yang menyala terus sebagai simbol Yesus Kristus Menyala abadi. Itu sebabnya, ketika orang masuk Gereja biasanya didahului dengan pengambilan air suci di depan pintu masuk lalu melakukan tanda salib dan seterusnya bersujud. Posisi menara diletakkan disebelah kiri pintu masuk, memberikan simbol Allah yang melindungi manusia dengan tangan kanan-Nya (apabila dilihat posisi altar adalah posisi dimana Allah hadir dan memandang ke arah masuk umat),dan makna psikologisnya yaitu memberikan rasa aman mengingat manusia selalu merasa lemah di sebelah kiri.