z-logo
open-access-imgOpen Access
KAITAN BUNSETSU DAN FRASA POSPOSISI SUBJEK-OBJEK DALAM BAHASA JEPANG
Author(s) -
Nadya Inda Syartanti
Publication year - 2018
Publication title -
ayumi : jurnal budaya, bahasa dan sastra/ayumi : jurnal budaya, bahasa dan sastra
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2580-2984
pISSN - 2406-8268
DOI - 10.25139/ayumi.v5i1.838
Subject(s) - humanities , art
Kalimat dibentuk oleh berbagai satuan kalimat (satuan gramatikal) dari satuan terkecil yaitu kata sampai satuan terbesar yaitu kalimat itu sendiri. Pada umumnya satuan gramatikal setelah kata adalah frasa, kemudian setelah frasa adalah klausa, baru terbentuk menjadi kalimat secara utuh. Selain itu, ada satuan gramatikal yang hanya terdapat dalam kalimat bahasa Jepang, yaitu bunsetsu. Posisi bunsetsu berada di antara kata dan frasa, sehingga urutan dalam kalimat bahasa Jepang menjadi kata-bunsetsu-frasa-klausa-kalimat. Bunsetsu dalam bahasa Jepang mengandung arti “ruas kalimat” (Tjandra, 2013: 7). Bila kalimat hana ga saku darou terdiri dari 4 kata, yaitu hana, ga, saku, dan darou, maka kalimat tersebut memiliki 2 bunsetsu yang terdiri dari hana ga dan saku darou (Tjandra, 2013: 7). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa kata merupakan urutan terkecil daripada bunsetsu, atau dengan kata lain, bunsetsu merupakan satuan yang lebih besar dari kata yang dapat membentuk kalimat (Sudjianto & Dahidi, 2009: 137). Yang menjadi masalah adalah istilah bunsetsu sering dipadankan dengan frasa, namun bunsetsu bukanlah frasa. Oleh karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan uraian deskriptif mengenai perbedaan antara bunsetsu dengan frasa. Dengan mengetahui perbedaaan tersebut, diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi dalam kajian linguistik khususnya kajian sintaksis dalam bahasa Jepang. Kata kunci: bahasa Jepang, bunsetsu, frasa, kalimat

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here