Open Access
PENCIPTAAN COSPLAY TOKOH WAYANG 'LIMBUK' UNTUK SENI PERTUNJUKAN URBAN DI JAKARTA
Author(s) -
Putri Anggraeni Widyastuti,
Yuke Ardhiati,
Krishna Hutama
Publication year - 2013
Publication title -
jurnal dimensi seni rupa dan desain
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2549-7782
pISSN - 2527-5666
DOI - 10.25105/dim.v10i1.935
Subject(s) - art , humanities , character (mathematics) , art history , mathematics , geometry
AbstractIn general beginner-level cosplayer and common people think that in cosplay events, cosplayers pklay as fictional and non-fictional characters from America or Japan. However, a similar event charged this perception somewhat. In Hellofest, cosplayers not only play as characters from Japan or America, but also from Indoensia. In this event, one can find cosplayers posing as characters inspired from wayang talesOf Course, this changes the principal meaning of cosplay itself. Cosplay is the art of playacting, not unlike theatre, as in cosplay can be considered as a part of urban art. To popularize this urban event, the wayang character "Limbuk" was created. This serves not only as a critic for cosplay in general, but it also serves as a solution for cosplayers with rotund bodies who are concerned with their body shapes. It also helps preserve the wayang tradition in this globalization era, while introducing this female punakawan to the peopleUsing qualitative reserach method with the grounded theory and phenomenology approaches, as well as supported by several theories, such as the post-modern theory, the writers tried to conceptualize the cosplay of the awayang character " Limbuk" for theatrical shown in Jakarta. The process itself is not so different from fashion designing in general AbstrakPada umumnya cosplayer pemula dan masyarakat awam hanya mengetahui bahwa dalam acara cosplay, cosplayer menampilkan karakter fiksi dan non fiksi dua dimensi dari Jepang atau amerika ke dalam bentuk tiga dimensi. akan tetapi , melihat seuah fenomena acara sejenis yang berbeda, mengubah pemikiran mengenai cosplay. acara tersebut adalah Hellofest, di mana para cosplayer mengenakan kostum dan dandanan karakter dari Jepang atau Amerika tetapi juga dari Indonesia. Di acara ini, dapat ditemui para cosplayer mengenakan kostum dan dandanan yang terinsipirasi dari tokoh pewayangan.Ini tentu saja mengubah pemahaman mengenai cosplay itu sendiri. Cosplay adalah seni bermain peran seperti layaknya teater, karena bagimanapun juga dalam acara cosplay terdapat kabaret yang diikuti oleh tim-tim cosplayer. Jadi tidak heran kalau cosplay merupakan bagian dari seni pertunjukan urban. Untuk meramiakan acara seni pertunjukan urban ini, maka dibuatlah penciptaan tokoh wayang Limbuk. Ini di samping sebagai kritik terhadap cosplay pada umumnya, juga sebagai solusi bagi cosplayer bertubuh gemuk, agar bisa ikut bagian dalam acara cosplay tanpa harus khawatir dengan bentuk tubuh. Di samping ini juga memlestarikan pewayangan di era globalisasi ini. Selain ini juga memperkenalkan dan mengapresiasi tokoh punkawan wanita ini kepada masyarakat.Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory dan fenomenologi, serta didukung dengan berbagai teori seperti teori postmodern, penulis mencoba membuat konsep penciptaaan cosplay tokoh wayang " Limbuk" untuk seni pertunjukan di Jakarta. Untuk proses penciptaaan cosplay karakter ini tidak jauh berbeda denga yang dilakukan desainer fashion pada umumnya