z-logo
open-access-imgOpen Access
Tuberculous Addison’s Disease
Author(s) -
Yanne Pradwi Efendi,
Eva Decroli
Publication year - 2019
Publication title -
jurnal kesehatan andalas/jurnal kesehatan andalas
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2615-1138
pISSN - 2301-7406
DOI - 10.25077/jka.v8i1s.939
Subject(s) - physics , medicine , gynecology
Tuberculous addison’s disease merupakan insufisiensi adrenal primer akibat infeksi tuberkulosis pada kelenjar adrenal. Manifestasi klinisnya meliputi kelemahan, kelelahan, anoreksia, penurunan berat badan, hipotensi ortostatik, dan hiperpigmentasi kulit. Tuberkulosis adalah penyebab yang paling utama di negara berkembang. Dilaporkan seorang wanita dua puluh delapan tahun dengan keluhan kulit seluruh tubuh semakin menghitam disertai bercak-bercak kehitaman pada lidah, dan seringkali merasa lemah, letih, lesu. Riwayat penyakit dahulu: TB paru satu setengah tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik: nadi enam puluh tujuh kali per menit, tekanan darah 100/60 mmmHg, hiperpigmentasi pada kulit, bibir, kuku, dan lidah. Laboratorium disimpulkan hiperadrenokortitropin dan hipokortisolisme. CT Scan adrenal: pembesaran kelenjar adrenal bilateral disertai kalsifikasi multipel, sugestif tuberkulosis. Pasien didiagnosis insufisiensi adrenal primer akibat tuberkulosis. Terapi yang diberikan metilprednisolon 1x6 mg. Pada pasien terjadi perbaikan klinis dan parameter laboratoris. Hiperpigmentasi, lemah, letih, lesu, dan anoreksia ditemukan pada sebagian besar pasien addison’s disease. Untuk penelusuran penyebab insufisiensi adrenal primer, dilakukan CT Scan adrenal. Gambaran khas TB adrenal pada CT Scan adalah berupa pembesaran kelenjar adrenal, kalsifikasi dengan central low attenuation, dan peripheral enhancement. Terapi adalah terapi substitusi yang merupakan lifelong hormone therapy.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here