
TEKNOLOGI KONSERVASI ARTIFICIAL TEMPLE REEF SEBAGAI PENGENDALI ABRASI PESISIR PULAU TABUHAN DESA BANGSRING KECAMATAN WONGSOREJO BANYUWANGI
Author(s) -
Zulis Erwanto,
Umi Masluha
Publication year - 2019
Publication title -
j-dinamika/j-dinamika
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2503-1112
pISSN - 2503-1031
DOI - 10.25047/j-dinamika.v4i1.1078
Subject(s) - physics , artificial reef , humanities , reef , biology , ecology , art
Pantai Bangsring memiliki ekosistem terumbu karang yang berkaitan erat dengan kondisi kehidupan masyarakat nelayan ikan hias dan menggantungkan hidupnya pada keberadaan ekosistem terumbu karang. Beberapa permasalahan yaitu kurangnya pengelolaan vegetasi dan rusaknya terumbu karang di Pesisir Pulau Tabuhan. Demi menyelamatkan dan memelihara terumbu karang sebagai tempat perkembangbiakan ikan dan sebagai pelindung pulau dari abrasi dan erosi laut, maka dibuatlah Artificial Temple Reef berbahan abu ampas tebu yang ramah lingkungan yang akan diletakkan di Pesisir Pulau Tabuhan.Tahapan kegiatan dimulai dari survey lokasi, sosialisasi program kerja, penyuluhan konservasi biota laut, pelatihan pembuatan produk Artificial Temple Reef, Konservasi Vegetatif, Penenggelaman Artificial Temple Reef, dan Publikasi. Artificial Temple Reef merupakan inovasi produk terumbu karang buatan dengan model kerangkeng berduri dan berbentuk model candi berongga dari bahan campuran semen, pasir dan abu ampas tebu yang ramah lingkungan.Untuk menerapkan konservasi biota laut dilakukan dengan pelatihan pembuatan Artificial Temple Reef guna meningkatkan keterampilan kelompok nelayan dan partisipasi kelompok nelayan dalam melakukan penenggelaman Artificial Temple Reef di Pulau Tabuhan dan Pesisir Bangsring. Komposisi mix desain Artificial Temple Reef dengan perbandingan 1 Abu Ampas Tebu : 2 Pc : 3 Ps. Teknik pengelolaan dan perlindungan biota laut dilaksanakan melalui program penyuluhan konservasi biota laut guna meningkatkan kesadaran, perubahan sikap dan perilaku kelompok nelayan, juga melakukan konservasi vegetatif, serta pencangkokan cemara udang untuk program keberlanjutan. Jumlah kelompok sasaran 209 anggota dari Kelompok nelayan Samudera Bakti dan Kelompok nelayan Bangsring Underwater. Dengan diserahterimakan cetakan Artificial Temple Reef diharapkan program bisa dikembangkan dan dilanjutkan oleh Kelompok Nelayan secara swadaya dan produktif, sehingga konservasi biota laut tetap berjalan. Keywords— Artificial Temple Reef, Biota Laut, Konservasi, Pulau Tabuhan