
“UNZOO”: TAMAN SATWA DI KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
Author(s) -
Jessie Tineshia Ng,
Denny Husin
Publication year - 2022
Publication title -
jurnal sains, teknologi, urban, perancangan, arsitektur
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2685-6263
pISSN - 2685-5631
DOI - 10.24912/stupa.v3i2.12417
Subject(s) - pongo pygmaeus , habitat , threatened species , geography , deforestation (computer science) , wildlife corridor , endangered species , national park , population , habitat destruction , wildlife , ecology , biology , archaeology , demography , sociology , computer science , programming language
Extensive deforestation in Kalimantan caused by mining, mining is often abandoned when it is no longer useful. This causes animals to lose their natural habitat. It also affects the surrounding population. One of the affected species is the Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus), which is in decline and threatened with extinction. Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus) is only scattered in several points on the island of Borneo. If humans continuously destroy their habitat, the remaining places for orangutans and other animals are only in the protected areas. Therefore, this project aims to turn the ex-mining land into a protected animal park for orangutans and other animals. The existing type of animals are in prison (cage) and use as a show or object on display, not as a habitat for the animal. Using experimental architectural methods that focus on site transformation, the Immersion landscape elevates the concept of “unzoo” to offer a better environment for animals in the future. Animal parks are a public place to get education about animals (fauna), plants (flora), and ecosystems (environment) through direct interaction in the created habitats. By applying the concept of Unzoo and Immersion Landscape, we create an animal park not only for the benefit of humans but resembles the habitat of orangutans and other animals. Visitors can feel and get knowledge in the original habitat of these animals without being directly in their natural habitat. Keywords: animals park; habitat; Immersion Landscape; unzoo.AbstrakFenomena meluasnya deforestasi di Kalimantan yang dijadikan lahan pertambangan, masalahnya lahan pertambang sering kali ditinggal begitu saja jika sudah tidak menghasilkan. Masalah ini membuat satwa kehilangan rumah (habitat), selain itu juga mempengaruhi populasi satwa-satwa yang tinggal didalamnya. Salah satu spesies satwa yang terdampak adalah orang utan Borneo (Pongo pygmaeus), tidak hanya berkurang tetapi terancam punah. Spesies orang utan Borneo (Pongo pygmaeus) ini hanya tersebar dibeberapa titik pulau Borneo. Tempat tersisa bagi orang utan dan satwa lainnya hanya di area yang dilindungi jika habitatnya terus-menerus dirusak manusia. Tujuan proyek ini ingin mengembalikan lahan bekas pertambang menjadi taman satwa yang dilindungi (habitat buatan) untuk orang utan dan satwa lainnya. Tipe taman satwa eksisting kerap memperlakukan satwa seperti berada di dalam penjara (kandang) dan menjadikannya sebuah pertunjukan atau benda yang dipamerkan, bukan selayaknya sebagai habitat dari satwa itu sendiri. Menggunakan metode arsitektur eksperimental yang berfokus pada transformasi tapak, Immesion landscape mengangkat konsep unzoo untuk menawarkan lingkungan yang lebih baik untuk satwa di masa depan. Menjadikan taman satwa tempat publik untuk mendapatkan edukasi tentang satwa (fauna), tumbuhan (flora), dan ekosistem (lingkungan) melalui interaksi dengan secara lansung di habitat yang diciptakan. Dengan menerapkan konsep Unzoo dan Immersion Landscape membuat taman satwa bukanlah sekedar untuk kepentingan manusia tetapi menyerupai habitat orang utan dan satwa lainnya. Pengunjung dapat merasakan dan mendapatkan edukasi dihabitat asli satwa tersebut tanpa secara lansung berada di habitat aslinya.