z-logo
open-access-imgOpen Access
SINGGAH KULINER RAWA BUAYA
Author(s) -
Julio Aristo Johan,
Tony Winata
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal sains, teknologi, urban, perancangan, arsitektur
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2685-6263
pISSN - 2685-5631
DOI - 10.24912/stupa.v2i2.8580
Subject(s) - theme (computing) , habit , sociology , advertising , business , computer science , psychology , psychotherapist , operating system
Jakarta is growing rapidly especially in infrastructure. In 2019 the MRT is inaugurated by President Jokowi Dodo on 24 March 2019. The MRT officially operates for the Lebak Bulus – Hotel Indonesia route. With the development of this public transport, it becomes a vital element of Jakarta. Therefore, the need for integration of public transport and public buildings has become a matter of concern. Trends like this have actually emerged in more developed countries. Rawa Buaya Culinary Stop By comes as a public building that is integrated with one of the available public transport, which is Rawa Buaya Station. Rawa Buaya Culinary Stop by is directly adjacent to the Rawa Buaya station. The culinary theme os taken the people who is going to the station or from the station of Rawa Buaya have a habit of buying some food nor snacks before and after taking the train. However, the available merchants around the station are scattered because they don’t have a dedicated place to vend. This is also supported by the desire of the local people to relocate people who vends along of Kali Semanan to a new and dedicated place that is well zoned. In this project, culinary becomes a magnet for people to come and stop by the project. So the people could interact with the building and be visited by everybody. Keywords:  Culinary; Jakarta; Stop by; Transportation; Third placeAbstrakKota Jakarta kian berkembang, terutama dalam bidang infrastruktur. Mrt pertama di Jakarta dengan rute Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia diresmikan oleh Presiden Jokowi Dodo pada tahun 2019. Dengan berkembangnya moda transportasi publik ini, maka moda transportasi publik pun menjadi sebuah unsur yang vital dalam keberlangsungan kota Jakarta. Oleh karena itu kebutuhan akan keterintegrasian moda transportasi publik dan bangunan sekitarnya pun menjadi hal yang perlu diperhatikan. Tren seperti ini sebenarnya sudah muncul pada negara-negara yang sudah lebih mutakhir moda transportasi publiknya. Singgah Kuliner Rawa Buaya hadir untuk menjadi bangunan publik yang terintegrasi dengan salah satu moda transportasi yang ada, yaitu Stasiun Rawa Buaya. Perancangan Singgah Kuliner Rawa Buaya berbatasan langsung dengan Stasiun KRL Rawa Buaya. Tema kuliner diambil karena orang yang hendak naik atau turun dari kereta yang berhenti di Stasiun KRL Rawa Buaya memilki kebiasaan untuk jajan. Namun, tempat berjualan di sekitar daerah stasiun terpencar karena mereka tidak memilki tempat yang khusus untuk berjualan. Hal ini juga didukung oleh keinginan warga setempat untuk merelokasi pedagang yang berjualan pada area sempadan sungai ke suatu tempat yang baru agar lebih tertib dan terzonasi dengan baik. Kuliner disini hadir menjadi sebuah magnet untuk orang-orang agar datang untuk singgah ke proyek. Proyek juga berinteraksi dengan sekitarnya dengan adanya program green belt serta ruang-ruang komunal yang bisa didatangi oleh siapapun. Proyek Singgah Kuliner Rawa Buaya diharapkan dapat menjadi sebuah third place bagi kawasan sekitarnya serta menjadi bangunan yang netral bagi siapapun.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here