
FASILITAS KEMATIAN BAWAH TANAH : NARASI SEBAGAI PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR
Author(s) -
Deanna Deanna,
Maria Veronica Gandha
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal sains, teknologi, urban, perancangan, arsitektur
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2685-6263
pISSN - 2685-5631
DOI - 10.24912/stupa.v1i2.4476
Subject(s) - humanities , art , engineering , political science
Funeral process with flammable method and crematorium is a funeral culture that was applied from ancient times until now. Milennial generation as a 21st century most dynamic population has been changing the system and technology towards sustainable future and space customization. The Cremation Proccess based on Hydolisis and Electricity are amied to reduce the use of open land burial and decreasing carbon emission. Situation that is currently occur at DKI Jakarta is the concept of die as luxury and denying human death as a part of natural cycle which destroy the ecosystem and biodiversities. The Expensive amount of luxury funeral service and separated funeral process has made the process becoming inefficient. With the planning and design of Underground funeral parlour facilities based on hydrolysis and electric cremation in North Jakarta, Penjaringan is expected to fulfil the efficient needs of funeral process with millennial eco-friendly way. Eliminating a traumatic and sad impression into a liberating moment for the death. Also, breaking the boundaries between life of the city and death through nature access so it can change the perspective of neighbourhood through timeless crematorium millennial style.AbstrakProses pemakaman dengan membakar jenasah dalam perapian dan krematorium merupakan sebuah metode pemakaman yang sudah diterapkan oleh manusia dari jaman dahulu kala. Generasi millennial pada abad 21 telah mengubah sistem dan teknologi yang ada kearah yang lebih ramah lingkungan dan kustomisasi. Pelaksanaan proses kremasi berbasis hidrolisis dan elektrik ini bertujuan untuk mengurangi pengunaan lahan terbuka sebagai makam dan mengurangi emisi karbon. Keadaan yang saat ini terjadi di DKI Jakarta yaitu adanya konsep fasilitas krematorium yang bersifat meninggal “luxury” dan mengabaikan kematian manusia sebagai siklus yang berbasis pada alam, telah merusak ekosistem. Biaya yang mahal dan proses pemakaman yang terpisah-pisah menjadikan proses pemakaman tidak efisien. Dengan dilakukan perencanaan dan perancangan Fasilitas Kematian Bawah Tanah berbasis pada metode kremasi hidrolisis dan kremasi elektrik di daerah Penjaringan Jakarta utara diharapkan dapat memenuhi kebutuhan proses pemakaman dengan cara millennial yang lebih ramah lingkungan. Menghilangkan kesan traumatik dan menyedihkan menjadi sebuah pengalaman yang membebaskan. Serta menghilangkan batas antara kehidupan kota dan kematian lewat alam sehingga dapat merubah sudut pandangan masyarakat terharap gaya krematorium generasi Milennial yang tidak terkekang oleh waktu.