
Pemaknaan istri narapidana teror terhadap tindakan suami
Author(s) -
Any Rufaidah,
Sarlito W. Sarwono,
Idhamsyah Eka Putra
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal psikologi ulayat/jurnal psikologi ulayat : indonesian journal of indigenous psychology
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
eISSN - 2580-1228
pISSN - 2088-4230
DOI - 10.24854/jpu55
Subject(s) - humanities , sociology , philosophy
Terorisme menjadi salah satu topik yang banyak dikaji oleh ilmu psikologi setidaknya satu setengah dasawarsa terakhir. Berbagai penelitian telah menjelaskan motivasi, kecenderungan kepribadian, dan struktur berpikir para teroris. Namun penelitian terhadap istri teroris belum banyak dilakukan. Istri teroris adalah individu yang tidak selalu memiliki pemikiran sama dengan suami. Meskipun memiliki kepatuhan yang tinggi, tidak semuanya mengadopsi faham suami. Ada istri yang lebih inklusif, ada pula yang lebih radikal dari suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana istri memaknai tindakan teror suami. Apakah mereka membenarkan atau menyalahkan. Pemaknaan istri sekaligus dapat mendeskripsikan apakah mereka setuju atau menolak tindakan teror. Partisipan penelitian adalah 4 istri narapidana teror (napiter) di Jakarta, Semarang, dan Cilacap. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode wawancara dan qualitative thematic analysis sebagai teknik analisis. Data disajikan secara deskriptif disertai kutipan-kutipan hasil wawancara untuk memberikan penguatan. Hasil penelitian menunjukkan 2 istri memandang tindakan terorisme suaminya benar. Mereka memaknai tindakan suami adalah dakwah dan perjuangan Islam, bukan teror. Dua istri lainnya memandang suaminya yang salah. Suami ditangkap karena melanggar hukum. Jika tidak melanggar hukum suami mereka tidak akan di penjara. Penelitian juga menemukan bahwa kesulitan yang dialami istri selama masa tahanan suami tidak selalu linier terhadap penolakan terhadap tindakan teror.