
Sastra Sebagai Media Komunikasi Lintas Budaya: Tinjauan Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
Author(s) -
I Nyoman Suaka
Publication year - 2020
Publication title -
pustaka
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2528-7516
pISSN - 2528-7508
DOI - 10.24843/pjiib.2020.v20.i01.p03
Subject(s) - art , humanities
Pengarang Indonesia yang paling banyak mendapat sorotan dunia adalah Pramoedya Ananta Toer, seorang pengarang kontroversial pada era orde baru. Sastrawan besar Indonesia ini menghasilkan 53 buku yang telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa di dunia. Berdasarkan angka-angka itu, dapat dikatakan bahwa karya-karya Pramudya mampu menerobos sastra dunia. Beberapa kali Pramudya masuk nominasi untuk meraih hadiah nobel di bidang kesusastraan. Novelis hebat ini namanya menjulang tinggi dengan karya-karyanya, seperti Keluarga Gerilya, Cerita dari Blora, Bukan Pasar Malam, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, dan Gadis Pantai. Novel Bumi Manusia (2001) yang dikerjakan selama mendekam di Pulau Buru sebagai tahanan politik merupakan karya puncak kepengarangan Pramudya. Isi dan penyajiannya sangat menarik dan menantang, sekaligus mampu menghadirkan beberapa pesoalan lintas budaya. Tokoh Sanikem alias Nyai Ontosoroh tidak silau dengan pengaruh budaya Barat, untuk berubah sebagai wanita modern. Padahal, jalan ke arah itu dengan mudah didapat karena sebagai selir Tuan Mellema yang kaya dan mempunyai kekuasaan. Tokoh Nyai ciptaan Pramoedya ini walaupun mendapat gempuran budaya Eropah, tetap pada pendirian dengan konsep kejawaan. Sedikit pun tidak mengalami guncangan budaya (cultural shock) seperti halnya tokoh-tokoh lain dalam sastra Indonesia.