z-logo
open-access-imgOpen Access
MAHENDRADATTA: HER ROLES BASED ON ARCHEOLOGICAL INSCRIPTIONS VIEWED FROM FEMINISM APPROACH
Author(s) -
Muhamad Alnoza
Publication year - 2020
Publication title -
walennae
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2580-121X
pISSN - 1411-0571
DOI - 10.24832/wln.v18i2.419
Subject(s) - humanities , hinduism , art , gautama buddha , history , philosophy , theology , archaeology , buddhism
Berkaitan dengan penelitian yang kerap dilakukan dalam kajian epigrafi, masa Hindu-Buddha menjadi masa yang seringkali dijadikan bahan kajian para ahli epigrafi. Salah satu masa dalam Hindu-Buddha yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah masa Dinasti Isana di Jawa Timur. Selama kekuasaan Dinasti Isana, raja-raja yang berkuasa banyak melakukan inisiasi hubungan diplomasi dengan kerajaan asing. Pembinaan hubungan dengan bangsa asing yang dilakukukan Dinasti Isana sebelum Airlangga berkuasa juga rupanya diikuti pula dengan pembinaan hubungan politik dengan kerajaan Nusantara, yaitu Kerajaan Bali yang dikuasai oleh Dinasti Warmadewa. Mahendradatt? sebagai perempuan berkuasa yang hidup dalam pusaran politik kerajaan Isana (Jawa) dan Bali, telah meninggalkan beberapa tinggalan berupa prasasti-prasasti baik di Jawa maupun di Bali. Prasasti yang ditinggalkan memunculkan suatu pertanyaan mengenai apa peranan dari seorang perempuan berkuasa seperti Mahendradatt? dalam menjalankan hubungan politik antara Jawa dan Bali berdasarkan data prasasti? Metode yang digunakan dalam  menjawab pertanyaan tersebut terdiri dari beberapa tahapan, antara lain tahap formulasi, pengumpulan data, analisis dan interpretasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa prasasti, diantaranya Prasasti Pucangan Sansekerta (Jawa), Buahan  A, Serai A II, Batur Abang A, Sading A dan Bebetin A2. Kesemuanya kemudian di analisis melalui deskripsi isi prasasti. Isi prasasti kemudian diinterpretasi dengan landasan teori arkeologi feminisme. Inscription is a source of writing that is often used by archaeologist to reconstruct past cultures. The study of inscriptions is called epigraphy. The Hindu-Budhist period is one of the periods in which epigraphy is practiced. The current study is focused on the 10th and 11th centuries Isana Kingdom of East Java. In the 10th and 11th centuries, the kingdom had diplomatic relations with several other kingdoms, one of which was with Bali. Mahedradatta as a powerful woman who lived in the political vortex of the Isana Kingdom (Java) was a figure who helped foster diplomatic relations through marriage to King Udayana. The inscription issued by Mahedradatta begs the question of how powerful this woman was in the context of Javanese and Balinese ties. The method used is the archaeological observations, including data collection, analysis and interpretation. The data used in this study include Sanskrit Pucangan Inscription (Java), Bwahan A, Batur Pura Abang A, Sading A and Bebetin A2. The contents of the inscription were the interpreted based on feminism approach. The variables employed cover gender and ethnicity of Mahendratta.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here