
DARI WṚTRA KE WṚTA: PERUBAHAN NAMA SEEKOR NĀGA DAN PERANAN LAUT
Author(s) -
Zakariya Pamuji Aminullah,
Mohammad Taufiqul Hakim
Publication year - 2018
Publication title -
kebudayaan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2685-8088
pISSN - 1907-5561
DOI - 10.24832/jk.v12i1.168
Subject(s) - meaning (existential) , hermeneutics , theology , humanities , sanskrit , interpretation (philosophy) , narrative , philosophy , linguistics , epistemology
The topic of this research is chosen to discover how the name of god Indra’s enemy in Sanskrit tradition, Wá¹›tra. The name of Wá¹›tra when transformed into Old Javanese tradition, change to be Wá¹›ta. Both Wá¹›tra and Wá¹›ta refer to the same figure, but each has the opposite meaning. Thus, this alteration name case, from Wá¹›tra to Wá¹›ta cannot be seen as only apabhrÄá¹£á¹a ‘corrupted as a dialect’. Factors of these changes cannot be separated from the aspect of geography and the Javanese brahmin who adapted it, so the hermeneutics that focused on myth, narative, and telos changes that need to be applied. The method of this research use a hermeneutic approaches, compares narrative of The Wá¹›trawadha Sanskrit version with The Java Kuna version, analyzing aspects of changes in the texts, and doing interpretation. This research result’s can be interpretated that there is a different condition between Javanese and Indian brahmin at that time regarding to the natural ecology. Due to the condition of Java that is surrounded by ocean, the name of Wá¹›ta becomes more representative to describe the situationAbstrakTopik dari artikel ini dipilih dengan tujuan untuk menelusuri masalah perubahan nama musuh Dewa Indra di dalam tradisi Sanskerta, Wá¹›tra, yang ketika ditransformasi ke dalam tradisi Jawa Kuna, menjadi Wá¹›ta. Baik Wá¹›tra maupun Wá¹›ta mengacu kepada seorang tokoh yang sama, tetapi mempunyai arti yang saling berlawanan. Maka dari itu, perubahan nama dari Wá¹›tra ke Wá¹›ta tidak dapat dipandang hanya sebagai apabhrÄá¹£á¹a ‘korup menjadi sebuah dialek’. Perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari peran geografis dan brahmana Jawa yang mengadaptasinya, sehingga perlu diaplikasikan hermeneutika yang fokus pada mite, naratif, dan perubahan telos. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan hermeneutik, yakni membandingkan naratif Wá¹›trawadha versi Sansekerta dengan versi Jawa Kuna, menganalisis aspek-aspek perubahan di dalamnya, dan melakukan interpretasi. Berdasarkan hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa brahmana Jawa memiliki perbedaan dengan brahmana India terkait dengan pemahaman ekologi alam. Ini karena alam Jawa dikelilingi oleh samudra, sehingga akan lebih representatif jika nama Wá¹›ta digunakan untuk mendeskripsikan situasi tersebut.