z-logo
open-access-imgOpen Access
Perkembangan Penyajian Jathilan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Author(s) -
Kuswarsantyo,
Timbul Haryono,
R.M Soedarsono
Publication year - 2013
Publication title -
resital
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2338-6770
pISSN - 2085-9910
DOI - 10.24821/resital.v11i1.490
Subject(s) - humanities , art , political science
The Horse Dance in Yogyakarta. Artikel ini membahas perjalanan sejarah kesenian Jathilan hingga memasukiera Globalisasi. Pasang surut kesenian Jathilan telah dialami dari waktu ke waktu, termasuk juga dalam aspekfungsi penyajian. Kini Jathilan dapat bebas disajikan tanpa terkait dengan upacara seremonial tertentu. Hadirnyaindustri pariwisata yang dicanangkan pemerintah tahun 1986, merupakan era baru yang disebut dengan Globalisasi.Program pariwisata memberikan dampak luar biasa bagi pengembangan sajian seni Jathilan. Interaksi sosial antarwilayah memberi kontribusi terhadap upaya pengemasan bentuk sajian Jathilan untuk konsumsi wisatawan.Pengaruh tersebut terjadi karena dua faktor, pertama faktor eksternal dan kedua faktor internal. Dua pengaruh iniyang memberi sinyal akan berkembangnya bentuk sajian Jathilan yang tidak lagi hanya dipentaskan untuk acaraseremonial tertentu. Penerapan konsep pseudo traditional art, dengan mengutamakan sajian kemasan yang singkatpadat, penuh variatif, telah dihilangkan unsur ritual, tiruan bentuk aslinya dan murah harganya.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here