z-logo
open-access-imgOpen Access
Seksualitas dalam tubuh bergender
Author(s) -
Khairil Anwar,
Ratoviani
Publication year - 2020
Publication title -
rekam
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2442-9376
pISSN - 1858-3997
DOI - 10.24821/rekam.v16i2.3484
Subject(s) - humanities , art , anime , philosophy , linguistics
Media populer seperti film animasi atau anime menawarkan arena kontestasi. Penelitian ini menganalisis anime berjudul Kimi no Na Wa (2016) sebagai sebuah arena dengan melihat beberapa adegan tertentu. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana subjektivitas gender dan perbedaan seksual itu dibentuk di dalam anime ini. Dengan menggunakan metode psikoanalisis feminis film dari Laura Mulvey dan Kaja Silverman, penelitian ini menyimpulkan bahwa struktur naratif dalam anime ini masih dipengaruhi oleh male bias. Hal ini berpengaruh pada bagaimana pembentukan subjektivitas gender yang menjadikan perempuan sebagai objek tatapan sedangkan laki-laki sebagai subjek yang menatap. Selain itu, kamera yang bias gender berpotensi menciptakan tatapan yang sama dari penonton (terutama laki-laki heterseksual) kepada karakter perempuan. Ketika Taki bertransgresi ke tubuh Mitsuha, ia melakukan bentuk fetis untuk memuaskan hasratnya pada tubuh perempuan. Tetapi sebaliknya, ketika Mitsuha yang berada di tubuh Taki, hampir tidak adegan yang menunjukkan secara langsung bentuk fetis yang dilakukan perempuan terhadap tubuh laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena tubuh perempuan bisa dibicarakan secara seksual namun pemikirannya dilarang untuk berpikiran seksual. Sebaliknya, tubuh laki-laki jarang untuk dibicarakan secara seksual tapi ia memiliki kebebasan untuk berpikir secara seksual. Pada akhirnya, struktur naratif anime ini seolah mereproduksi sistem patriarki masyarakat Jepang dalam pembentukan subjektivitas gender di sepanjang cerita.  AbstractPopular media such as animation or anime offer a contested arena. This study analyzes the anime titled Kimi no Na Wa (2016) as an arena by looking at certain scenes. The aim is to see how gender subjectivity and sexual differences are formed in this anime. Using the film feminist psychoanalysis method from Laura Mulvey and Kaja Silverman, this study concludes that the narrative structure in this anime is still influenced by male bias. This has an effect on how the formation of gender subjectivity which makes women as the to be looked at while men as the bearer of the looking. In addition, gender-biased cameras have the potential to create the same gaze from the audience (especially male heterosexual) towards female characters. When Taki transgresses into Mitsuha's body, she performs a fetish form to satisfy her desires for a woman's body. But on the contrary, when Mitsuha was in Taki's body, there was hardly a scene that directly shows the fetish form that women do to a man's body. This is possible because women's bodies can be discussed sexually, but their thoughts are forbidden to have sexual thoughts. In contrast, a man's body is rarely talked about sexually but he has the freedom to think sexually. In the end, the narrative structure of this anime seems to reproduce the patriarchal system of Japanese society in the formation of gender subjectivity throughout the story.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here