z-logo
open-access-imgOpen Access
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal di Kota Banjarmasin
Author(s) -
Desy Sugianti
Publication year - 2017
Publication title -
jurnal tata kelola seni
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2614-7009
pISSN - 2442-9589
DOI - 10.24821/jtks.v2i2.1820
Subject(s) - humanities , business , political science , art
Banjarmasin dalam dunia kepariwisataan di Indonesia terkenal dengan kota seribu sungai. Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aliran sungai terbanyak membuat Banjarmasin juga dikenal sebagai kota dengan daya tarik pasar terapungnya. Di Kota Banjarmasin, pasar terapung yang dikenal luas oleh masyarakat dan sempat menjadi tema dari jargon salah satu televisi swasta di Indonesia adalah keberadaan Pasar Terapung Kuin. Seiring perkembangan zaman, kondisi Pasar Terapung Kuin saat ini mengalami kemunduran perkembangan. Banyak media baik online maupun surat kabar terbitan memberitakan tentang sepinya pembeli dan menurunnya jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Terapung Kuin. Hal tersebut dikonfirmasi pula oleh beberapa pedagang yang tetap berjualan di Kuin. Melihat dari permasalahan tersebut kemudian pemerintah setempat melakukan tindakan guna menghidupkan kembali budaya sungai yang melekat erat sebagai image Kota Banjarmasin dengan membangun pasar terapung yang berada tepat berseberangan dengan titik 0 (nol) kilometer Kota Banjarmasin serta beberapa atraksi wisata lain di sekitar pasar terapung tersebut. Namun, sejak kehadiran Pasar Terapung Siring, jumlah kunjungan yang didata oleh pengelola menunjukkan adanya kesenjangan angka. Dimana Pasar Terapung Siring mampu mendatangkan tamu dengan angka mencapai sekitar 56.000-an (lima puluh enaman ribu), sementara kawasan Pasar Terapung Kuin hanya mampu menempati angka tertinggi dalam 1 tahun sebesar 3.000-an (tiga ribuan) pengunjung. Maka berdasarkan paparan tersebut dalam penelitian ini dilakukan pendekatan dengan metode penelitian triangulasi, menggunakan analisis kualitatif deskriptif dan analisis SWOT yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan kawasan Pasar Terapung Kuin dan Siring untuk kemudian memformulasi strategi pengembangan kawasan pasar terapung di Banjarmasin. Dalam temuan penelitian berdasarkan hasil analisis kualitatif yang dilakukan, ditemukan bahwa; sistem pengelolaan terhadap Pasar Terapung Kuin dan Siring memiliki perbedaan yaitu; infrastruktur yang dikembangkan lebih banyak dilakukan di Siring, peran serta masyarakat yang terlibat dalam mengelola kepariwisataan pasar terapung juga lebih terorganisir di Siring. Sementara untuk kawasan Kuin belum adanya organisasi atau asosiasi resmi yang dibentuk oleh warga sekitar guna menjalankan program pengelolaan dan pengembangan kawasan dalam usaha untuk menghidupkan kembali budaya sungai di Banjarmasin. Arahan strategi berdasarkan analisis SWOT adalah kawasan wisata pasar terapung di Banjarmasin idelanya memiliki strategi dalam hal penambahan produk, pasar dan fungsi-fungsi kawasan serta melakukan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Strategi pengembangan terhadap kawasan pasar terapung di Banjarmasin mampu dikembangkan dan dapat menjalankan strategi yang bersifat ofensif. Banjarmasin in the world of tourism in Indonesia known as the city of a thousand rivers. Banjarmasin is one of the areas in Indonesia that has the most river flow so that makes Banjarmasin also known as a city who has Floating Market. In the city of Banjarmasin, Floating Market (Kuin Floting market) widely known by the public after appeared in one of television in Indonesia as their theme of television slogan. Currently, Kuin floating market condition is on a decline in development. Many media such as online and newspaper published preach about the less of buyers and the declining number of traders who sell in Kuin Floating Market. It is also confirmed by some traders who keep selling in Kuin. Based on that case then the local government taken the action to revive the culture of the embedded river as the image of Banjarmasin City by builded a floating market that is near to the center of the city and became a part of tourist attractions in Banjarmasin. However the number of visitors that recorded by the manager shown a gap between Kuin and Siring. Where Siring floating market can bring guests with numbers reaching 56.000 visitors but Kuin floating market area is only able to occupy the highest lift in 1 year of 3.000 visitors. So based on that case, this research approached with trianggulation research method, using descriptive qualitative analysis and SWOT analysis which aims to identify the management of Kuin and Siring floating market area and then make a formulation of the development strategy of Floating Market area in Banjarmasin. This research found that; the management system of Kuin and Siring floating market has the difference action; Many Infrastructure developed has done in Siring, the participation of communities involved in managing tourism of the floating market and makes Siring also more organized. However, Kuin area hasn’t official organization or association formed by local people to run the program of management and development of the area in an effort to revive the river culture in Banjarmasin. Strategy directives based on SWOT analysis are; Floating market tourism area in Banjarmasin ideally has a strategy in terms of addition of products, markets and functions of the region by using their strengths and opportunities. Development strategy for floating market area in Banjarmasin could be able to develop and run the offensive strategy.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here