z-logo
open-access-imgOpen Access
MAKNA DAN SIMBOL TARI KIAMAT PADA MASYARAKAT KERATUAN DARAH PUTIH DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Author(s) -
Marisa Marisa
Publication year - 2020
Publication title -
joged
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2655-3171
pISSN - 1858-3989
DOI - 10.24821/joged.v15i1.4663
Subject(s) - humanities , art , physics
Tari Kiamat merupakan satu tarian yang hidup dan berkembang pada masyarakat adat Keratuan Darah Putih di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan di Provinsi Lampung. Tari Kiamat adalah tarian penutup dari ruwah atau syukuran tujuh hari tujuh malam perkawinan pihak Keratuan Darah Putih yang disebut Nuhot atau Nyambai. Upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan pengukuhan adok atau gelar adat tertinggi yang merupakan satu bagian penting dalam upacara pernikahan pada Keratuan Darah Putih. Tari Kiamat memiliki fungsi sebagai penutup atau sebagai akhir segala proses rangkaian upacara, merupakan bentuk rasa syukur dan rasa terima kasih atas kerja sama para punggawa, penyimbang, dan masyarakat adat Keratuan Darah Putih di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan dalam mendukung seluruh rangkaian acara. Pokok permasalahan penelitian ini adalah makna dan simbol Tari Kiamat pada masyarakat Keratuan Darah Putih, yang dipecahkan dengan teori Ferdinand De Saussure terkait petanda dan penanda yang merupakan kunci dalam pengungkapan analisis makna terhadap simbol-simbol yang ada pada Tari Kiamat. Makna-makna yang telah didapatkan nantinya akan dikaitkan dengan adanya relasi sistem kemasyarakatan pada masyarakat Keratuan Darah Putih. Hasil analisis data dalam penemuan makna dari simbol-simbol pada Tari Kiamat menunjukkan relasi sistem kemasyarakatan Keratuan Darah Putih. Hal tersebut dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Keratuan Darah Putih yang hidup dengan berpedoman pada Piil pesenggiri yang juga merupakan bagian dari pedoman kehidupan masyarakat Lampung. Seluruh keterkaitan tersebut diterangkan dalam bentuk penyajian Tari Kiamat yang disuguhkan sebagai tarian yang sakral karena hanya boleh ditarikan oleh keturunan atau atas seizin dari pihak Keratuan Darah Putih. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bentuk Tari Kiamat dalam acara ruwah perkawinan adat Keratuan Darah Putih yang umumnya hanya terjadi pada kurun waktu 20 – 30 tahun sekali. ABSTRACT Kiamat dance is one of the dances that lives and develops in the indigenous people of the White Blood Association in Kuripan Village, Penengahan District, South Lampung Regency in Lampung Province. Doomsday dance is a closing dance from Ruwah or Thanksgiving for seven days and seven nights of marriage, the White Blood Association called Nuhot or Nyambai. This ceremony is held in conjunction with the inauguration of adok or the highest customary title which is an important part of the wedding ceremony at the White Blood Association. Kiamat dance has a function as closing or as the end of all the process of a series of ceremonies. Kiamat Dance is a form of gratitude and gratitude for the cooperation of the retainer, balancer, and indigenous people of the White Blood Association in Kuripan Village. Penengahan Subdistrict, South Lampung Regency in supporting the whole series of events. The main question of this research is the meaning and symbol of the Kiamat Dance in the White Blood Society. This problem can be solved through the use of theory by Ferdinand De Saussure regarding markers and markers which are key in the disclosure of meaning analysis of symbols that exist in Kiamat Dance. The meanings obtained will be presented with a community relations system in the White Blood Society. The results of data analysis in the discovery of the meaning of the symbols on Doomsday Dance show the relation of the social system of the White Blood Unity. This is related to the lives of the people of the White Blood Society who live by referring to Piil Pesenggiri, which is also part of the life guidelines of Lampung people. All of these linkages are accepted in the form of presenting the Doomsday Dance which is presented as a sacred dance because it is only permitted for people who have permission from the White Blood Association. This is evidenced by the form of Doomsday Dance in the event of the traditional marriage ceremony for the White Blood Association which can be done once every 20-30 years.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here