
QUALITY OF STORED RED BLOOD
Author(s) -
Anak Agung Wiradewi Lestari,
Teguh Triyono,
Usi Sukorini
Publication year - 2018
Publication title -
indonesian journal of clinical pathology and medical laboratory
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2477-4685
DOI - 10.24293/ijcpml.v23i3.1209
Subject(s) - medicine , traditional medicine , physics , gynecology
Telah diketahui bahwa selama penyimpanan, sel darah merah mengalami sejumlah perubahan yang mempengaruhi viabilitas dankemampuannya untuk membawa oksigen ke jaringan. Perubahan tersebut digolongkan menjadi perubahan biomekanik dan biokimia.Perubahan biomekanik yang terjadi adalah perubahan membran sel. Selama penyimpanan, sel darah merah mengalami perubahanmorfologi secara pesat, dari bikonkaf menjadi echinocytes dengan tonjolan dan akhirnya menjadi spheroechinocytes. Hilangnya kesatuansel darah merah tersebut menyebabkan pelepasan hemoglobin (hemolisis) dan pembentukan mikropartikel yang dapat menyebabkankomplikasi transfusi. Pelepasan hemoglobin (Hb) dan mikropartikel bebas menyebabkan peningkatan penggunaan Nitric Oxide (NO),sebuah molekul sinyal penting yang berperan dalam aliran darah dan dapat merangsang terjadinya inflamasi. Perubahan kimia lainnyayang dapat terjadi adalah penurunan glukosa dan penumpukan asam laktat, penurunan kalium, kepekatan adenosine triphosphate (ATP)dan 2,3-diphosphoglycerate (DPG). Tidak semua kerusakan sel akibat penyimpanan ini bersifat eryptotic. Penurunan kalium bersifatpasif (suhu yang dingin menyebabkan pompa pertukaran natrium/kalium menjadi tidak aktif). Penurunan DPG juga bersifat pasif,terkait dengan perubahan kekhasan enzim diphosphoglycerate mutase/diphosphoglyceratephosphatase dan penurunan pH. PenurunanNO terjadi karena larutnya NO bersama dengan Hb yang dilepaskan saat hemolisis. Hb plasma lebih cepat bereaksi dengan NO,dibandingkan dengan Hb dalam sel darah merah. Berkurangnya NO ini berperan dalam keadaan patologis yang terjadi sehubungandengan pemberian darah simpan termasuk dalam hal pengangkutan oksigen oleh Hb. Perubahan akibat penyimpanan ini reversibel bilasel darah merah tersebut ditransfusikan kembali ke dalam peredaran. Tolok ukur utama yang dikontrol secara rutin untuk penyimpananRBC adalah 0,8–1% hemolisis, 75% in-vivo survival dalam waktu 24 jam setelah transfusi, volume dan kadar hemoglobin sel darahmerah. Tolok ukur tersebut memang sangat berguna, namun, perubahan biokimia yang berhubungan dengan fungsi vaskular jugaharus dipertimbangkan. Perubahan yang terjadi selama penyimpanan tersebut akan reversibel melalui upaya peningkatan kualitaspenyimpanan, atau menambahkan larutan additive.