z-logo
open-access-imgOpen Access
Kecemasan Tokoh Utama Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud)
Author(s) -
Uman Rejo
Publication year - 2013
Publication title -
atavisme
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2477-0000
pISSN - 1410-900X
DOI - 10.24257/atavisme.v16i1.84.85-98
Subject(s) - psychoanalysis , humanities , character (mathematics) , psychology , art , mathematics , geometry
Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral yang dialami tokoh utama dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo. Hasil dan analisis dengan psikoanalisis Sigmund Freud ini menunjukkan bahwa kecemasan realitas bersumber dari ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar dan orang terdekat. Kecemasan ini dialami Faisal saat akrab dengan Pambudi, Pepeng, dan Yudi. Kecemasan neurotik, kecemasan tokoh utama saat mengalami perasaan terancam dan merasa tidak tenang, terjadi ketika Faisal takut melihat teman­‐temannya tidak memiliki masa depan, terpuruk, dan terbelakang oleh kehidupan realita. Perasaan ini juga terjadi pada Ustadz, termasuk saat kejadian­‐kejadian yang terjadi di Gedong Sapi. Kecemasan moral yang dialami Faisal adalah ketika Faisal mengalami perasaan bersalah dan berdosa karena tindakan yang ia lakukan. Perasaan bersalah juga dialami Faisal ketika ia salah memandang cara mengajar guru mengajinya yang menggunakan rotan, yang sesungguhnya merupakan cara efektif agar cepat bisa membaca Alquran. Abstract: The main purpose in this study is to describe the reality, the neurotic, and the moral anxiety in the main character of Wiwid Prasetyo’s novel Orang Miskin Dilarang Sekolah. The analysis result through Freud’s psychoanalysis is that the main character’s anxiety has come from its environment where he lives in. This anxiety happens to Faisal when he has a close relationship with Pambudi, Pepeng, and Yudi. The neurotic anxiety happens to the main character. Faisal feels threatened and uncomfortable when he feels afraid that his friends will not have any future, feel bad and be left behind by their reality. This feeling also happens to Ustadz, including during the events happening at Gedong Sapi. The moral anxiety happens to Faisal when he feels bad and sinful by what he has done and his attitudes. He also feels bad when he sees how his ustadz teaches the student by hitting them with rattan, that is actually an effective way to be proficient in reading the Koran. Key Words: reality anxiety; neurotic anxiety; moral anxiety; Freud’s psychoanalysis

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here