
Introducing Helaehili, an Oral Poetry From Sentani, Papua
Author(s) -
Wigati Yektiningtyas Modouw
Publication year - 2010
Publication title -
atavisme
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2477-0000
pISSN - 1410-900X
DOI - 10.24257/atavisme.v13i2.126.149-160
Subject(s) - humanities , poetry , art , theme (computing) , literature , computer science , operating system
This paper is partially taken from my research on a Sentani oral poetry, helaehili that is sung in mourning occasions or funerals. It is also usually known as a song of lamentation. The research was conducted in Sentani, Papua, for almost four years (2004-2008). The data were taken directly from the field through recording. The data were then transcribed, translated into English and analyzed. Through the research, it is found that helaehili is rarely heard. Not many people, especially those who live near Jayapura city and young generation, know the song. It is predicted that helaehili will extinct in some years. The research finds the composition, formula, theme, and notation of helaehili.
Abstrak:
Tulisan ini merupakan sebagian dari penelitian saya tentang lantunan lisan Sentani, helaehili yang biasanya dilantunkan ketika ada kedukaan atau penguburan jenazah. Lantunan ini juga disebut sebagai ratapan. Penelitian dilakukan di wilayah Sentani, Papua selama hampir empat tahun, pada 2004-2008. Data diambil melalui rekaman langsung dari para pelantun di lapangan, kemudian ditranskripsi, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan dianalisis. Mela- lui penelitian ini ditemukan bahwa helaehili sudah jarang dilantunkan. Tidak banyak orang, terutama yang tinggal dekat kota Jayapura dan para generasi muda yang mengenalinya. Dengan demikian, diprediksi bahwa lantunan ini akan hilang pada beberapa tahun ke depan. Penelitan ini menemukan komposisi, formula, tema, dan notasi mayor helaehili.
Kata-Kata Kunci: puisi lisan, formula, tema, helaehili