z-logo
open-access-imgOpen Access
Apa yang Baru dalam Neuroanestesi untuk Cedera Otak Traumatik?
Author(s) -
Dewi Yulianti Bisri,
Tatang Bisri
Publication year - 2022
Publication title -
jurnal neuroanestesi indonesia/jurnal neuroanestesi indonesia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2460-2302
pISSN - 2088-9674
DOI - 10.24244/jni.v11i1.447
Subject(s) - medicine , anesthesia , gynecology
Konsep dasar Neuroanestesi & Neuro Critical Care disebut sebagai ABCDE neuroanestesi. Early Brain Injury (EBI) dahulu dikenal sebagai cedera otak primer. Pada EBI terjadi hilangnya autoregulasi, hilangnya integritas barier darah otak. Adanya Trias Cushing menunjukkan adanya hipertensi intrakranial. Target tekanan darah pada cedera otak traumatik (traumatic brain injury/TBI) adalah hindari tekanan darah sistolik <110 mmHg, pertahankan tekanan perfusi otak (cerebral perfusion pressure/CPP) 60-70 mmHg, target pengaturan PaCO2 adalah normokarbia, PaCO2 35–40 mmHg, penggunaan profilaksis phenytoin atau valproate tidak direkomendasikan untuk mencegah late post traumatic seizure (late PTS). Masih perlu menganalisa terapi decompressive craniectomy (DECRA) dibandingkan dengan terapi medikal kontinyu untuk peningkatan tekanan intrakranial (intracranial pressure/ICP) yang refrakter setelah TBI. Anestesi umum untuk pasien dengan TBI berat lebih baik dengan total intravenous anesthesia (TIVA), pemberian cairan harus mempertimbangkan osmolaritas cairan tersebut. Pada konsep yang baru, pada pasien dengan peningkatan ICP, konsentrasi anestetika volatil harus dibatasi sampai 0,5 MAC. Target gula darah adalah normoglikemia. Hipotermi profilaksis atau terapeutik tampaknya tidak memiliki tempat dalam pengelolaan cedera otak berat

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here