z-logo
open-access-imgOpen Access
Gejala Klinis Sindroma Waardenburg Laporan Kasus
Author(s) -
Febri Wisudawan Finisia,
Wijana Wijana,
Lina Lasminingrum,
Bogi Suseno
Publication year - 2016
Publication title -
jsk (jurnal sistem kesehatan) (journal of health system)
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
ISSN - 2460-819X
DOI - 10.24198/jsk.v2i2.11265
Subject(s) - medicine , waardenburg syndrome , audiology , biology , biochemistry , gene , phenotype
sindroma Waardenburg adalah kelainan bawaan yang jarang ditemukan, dengan prevalensi di Amerika Serikat 1 per 42000 orang. Ditandai dengan ketulian sensorineural, berhubungan dengan kelainan pigmen dan kecacatan jaringan yang berasal dari neural crest. Berdasarkan gejala yang menyertai, sindroma Waardenburg terbagi menjadi 4 tipe, insidensi tersering adalah tipe 1 dan 2. Gejala klinis kelainan ini diantaranya adalah: dystopia canthorum, kelainan pigmen (white forelock, kelainan pada alis mata, bulu mata, rambut tubuh dan heterochromia iris), ketulian sensorineural, pangkal hidung yang menonjol dan rambut  memutih pada usia muda (<30 tahun). Tujuan: mempresentasikan 3 kasus sindroma Waardenburg di poli audiovestibuler RS Hasan Sadikin Bandung pada periode Januari 2015-Desember 2015. Kasus:  Tiga anak dengan dugaan sindroma Waardenburg tipe 2, keluhan utama belum dapat berbicara.  Pemeriksaan audiologi didapatkan ketulian sensorineural, pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pigmen iris. Kesimpulan: sindroma Waardenburg merupakan kelainan bawaan yang jarang ditemukan, diagnosis dapat ditegakan dengan mudah. Intervensi dini dapat menghasilkan perkembangan bicara dan bahasa yang lebih baik.Kata Kunci: keterlambatan bicara, dystopia canthorum, sindroma Waardenburg tipe 2.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here