Open Access
Faktor demografis untuk meningkatkan informasi, edukasi, dan komunikasi kesehatan seksual dan reproduksi
Author(s) -
Syauqy Lukman
Publication year - 2021
Publication title -
jurnal kajian komunikasi
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2477-5606
pISSN - 2303-2006
DOI - 10.24198/jkk.v9i1.32722
Subject(s) - gynecology , humanities , medicine , art
Memahami siapa yang kurang berpengetahuan sangat penting dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi Remaja Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk menegaskan kembali mengenai faktor-faktor demografis yang berhubungan dengan pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi remaja Indonesia. Penelitian ini menggunakan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, yang secara khusus melakukan survei kepada perempuan dan laki-laki belum menikah usia 15-24 tahun. Sampel survei diambil dari wawancara terhadap 48.963 rumah tangga, dengan rata-rata usia responden adalah 18,59 tahun. Dengan menggunakan analisis bivariat dan regresi, penelitian ini dapat menunjukkan bukti bahwa faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal memiliki asosiasi dengan pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi remaja Indonesia. Remaja perempuan yang belum menikah berusia 15-24 tahun, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Remaja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Dengan bertambahnya usia responden, cenderung memiliki pengetahuan kesehatan dan seksual yang lebih baik. Terakhir, remaja yang tinggal di perkotaan cenderung lebih berpengetahuan dibandingkan dengan responden yang tinggal di pedesaan. Dengan demikian, sangat penting untuk menyempurnakan kebijakan dengan memberikan penekanan praktik komunikasi-informasi-edukasi kesehatan reproduksi dan seksual terhadap remaja laki-laki usia muda yang tinggal di pedesaan, dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, karena merekalah yang kurang memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi seksual.