
ANALISIS DAN DETERMINAN EFISIENSI SEKTOR KONSTRUKSI DI INDONESIA
Author(s) -
Anang Muftiadi,
Rivani,
Dian Fordian
Publication year - 2019
Publication title -
adbispreneur
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2549-9912
pISSN - 2503-2755
DOI - 10.24198/adbispreneur.v4i1.21030
Subject(s) - business , agricultural science , environmental science
The construction sector business, as the backbone of infrastructure development is tend to be in-efficient and burdensome on national infrastructure costs. This study aims to explore the in-efficiency level and its determinants of Construction Sector businesses. Efficiency level is measured by input coefficients of Input-Output Table and use secondary data from Central Statistics Agency in 1995, 1998, 2000, 2003, 2005, 2008,and 2010.The results show, there is in-efficiency in Construction Sector at 2010 and is likely to continue to following years. The dominant source of the in-efficiency is Industrial Sector of Metal Products which provides steel and other metals as main materials in the Construction Sector. The petroleum refining industry that produces fuel accelerates the increase construction costs. The single national price policy of fuel is a instant step to reduce the negative impact of in-efficiency in Construction Sector. Sektor bisnis konstruksi yang menjadi tulang punggung pembangunan infrastruktur menunjukkan gejala in-efisiensi dan membebani biaya infrastruktur nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan tingkat in-efisiensi tersebut dan menggali determinan in-efisiensi yang dihadapi oleh bisnis pada sektor konstruksi. Tingkat efisiensi diukur dengan Koefisiensi Input pada Tabel Input-Output dan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik tahun 1995,1998,2000,2003,2005,2008, dan 2010.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor Konstruksi mengalami in-efisiensi pada akhir tahun 2010 dan cenderung akan terus mengalami in-efisiensi pada tahun berikutnya. Sumber in-efisiensi terbesar berasal Sektor Industri Barang dari Logam yang menyediakan kebutuhan baja dan logam lainnya yang digunakan sebagai material penting Sektor Konstruksi. Industri pengilangan minyak bumi yang menghasilkan BBM turut mempercepat kenaikan biaya konstruksi. Kebijakan satu harga nasional menjadi langkah cepat untuk mengurangi dampak negatif in-efisiensi pada Sektor Konstruksi.