Open Access
PROFIL ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA KUTA GAMBER KECAMATAN TANAH PINEM KABUPATEN DAIRI
Author(s) -
Yossi Gresti Br Sembiring
Publication year - 2018
Publication title -
buddayah
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2549-9173
pISSN - 2549-824X
DOI - 10.24114/bdh.v1i2.8398
Subject(s) - humanities , psychology , art
Artikel ini merupakan hasil penelitian tentang Profil Anak Putus Sekolah di Desa Kuta Gamber Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan Profil anak putus sekolah di Desa Kuta Gamber, untuk mengetahui faktor-faktor penyebeb anak putus sekolah di Desa Kuta Gamber, untuk mengetahui dampak negatif dan dampak positif anak putus sekolah di Desa Kuta Gamber dan bagaimana hubungan mereka dengan lingkungan masyarakat. Data diperoleh menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, melalui wawancaradan studi pustaka. Data-data dari hasil penelitian ini di dukung oleh hasil wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian Profil Anak Putus Sekolah di Desa Kuta Gamber Kecamatan tanah Pinem Kabupaten Dairi.Adapun faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di desa tersebut meliputi 3 (tiga faktor) yaitufaktor psikologis yang terdiri dari rendahnya minat anak untuk bersekolah, tingkat kesadaran dan motivasi diri yang rendah, dan ruang lingkup sekolah yang kurang mendukung, faktor sosial yang terdiri dari faktor lingkungan, faktor keluarga, pandangan masyarakat terhadap pendidikan yang kurang dan pergaulan bebas, faktor ekonomi keluarga yang tidak memadai. Selain pengangguran, adanya dampak negatif yang lain yaitu seringnya mereka melakukan hal-hal yang menyimpang, misalnya minum-minuman keras sampai mabuk dan mengganggu ketenangan warga desa. Dampak positifnya ialah sebagian dari mereka ikut membantu pekerjaan orang tua mereka ladang dan yang lain ialah adanya sifat kemandirian dan kedewasaan dalam pemikiran yang timbul dalam diri anak. Hubungan anak putus sekolah dengan lingkungan sekilas terlihat baik. Hal ini bisa terjadi karena di desa tersebut masih memegang adat-istiadat kekeluargaan yang tinggi meskipun anak-anak putus sekolah tersebut sering meresahkan warga.