Open Access
BATIK SOKARAJA DALAM WACANA TAREKAT ISLAM:
Author(s) -
Arif Hidayat
Publication year - 2019
Publication title -
ibda'
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2477-5517
pISSN - 1693-6736
DOI - 10.24090/ibda.v17i1.2713
Subject(s) - art , humanities
penelitian ini mengungkapkan tentang wacana tarekat Islam dapat melekat dalam motif dan ideologi batik tradisional Sokaraja dan batik tradisional Sokaraja dalam mempertahankan identitas di tengah wacana kebutuhan trend dan mode pasar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian semi-etnografi, yang di dalamnya mempelajari peristiwa tradisi dan konteksnya, yang menyajikan pandangan hidup subjek penelitian, serta kaitan antara tradisi dengan pemahaman (mind). Hasil penelitian ini, pertama, acana dalam ajaran tarekat tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah dan Syadziliyah melekat dalam motif dan ideologi batik tradisional Sokaraja. Dominasi tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah dalam pengaruh pada batik Sokaraja terlihat pada tahun 1950-an ketika Muhammad Rrifa’i Affandi menjdi Ketua Komunitas Batik Banyumasan. Adapun pengusaha yang kebanyakan adalah pengikut yang ikut membatik dalam rangka untuk menghidupi ekonomi keluarga. Wacana ajaran tarekat melekat dalam pola, motif, corak, isen, dan ideologi. Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah dapat terlihat dalam nuansa simbolitas unsur-unsur Islam yang cukup kental, sedangkan pengaruh tarekat Syadziliyah lebih mengarah pada unsur alam, terutama tumbuhan. Kedua, etos kerja perajin batik tradisional Sokaraja dalam mempertahankan identitas di tengah wacana kebutuhan trend dan mode pasar ditumbuhkan dengan membuat varian antara batik tulis dengan batik cap. Batik tulis yang harganya mahal ditopang dengan batik cap yang bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Adapun batik tulis biasanya dibeli dari kalangan menengah ke atas sebagai gaya hidup yang menghargai kualitas, dan nilai-nilai budaya. Walaupun para perajin di era sekarang ini membuat batik dalam pesanan pasar, namun doa dan keyakinan bahwa rezeki datang dari Allah tetap melekat sehingga amalan ibadah tetap dilakukan sesuai dengan ajaran Islam. Dalam keyakinan doa itulah, para perajin meyakini bahwa batik pada keberlimpahruahan ini, rezeki tidak akan tertukar sehingga mereka memiliki semangat untuk berkreasi dengan memunculkan motif baru berdasarkan kekayaan budaya di daerah sekitar.