z-logo
open-access-imgOpen Access
Falsafah Nubuwwah al-Farabi
Author(s) -
Abdul Azis
Publication year - 2018
Publication title -
analisis
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2502-3969
pISSN - 2088-9046
DOI - 10.24042/ajsk.v18i1.3301
Subject(s) - philosophy , humanities
Konsep Nubuwwah di kalangan filosof muslim masih menjadi perdebatan. yakni terbelah menjadi dua pemikiran. Di antara filosof yang menerima konsep kenabian adalah Ibnu Miskawaih, al-Farabi, al-Ghazali, dan Ibn Sina. Sementara filosof yang menolak konsep Nubuwah antara lain Aḥmad ibn Iṣḥāq al-Ruwāndī dan Abū Bakr Muḥammad ibn Zakariya al-Rāzī. Artikel ini bertujuan mengkaji tentang konsep Nubuwwah Al-Farabi sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Ārā Ahl al-Madīnah al-Fāḍilah. Hasil kajian menunjukkan bahwa pandangan al-Farabi tentang kenabian dijelaskannya dengan teori kenabian (al-Naẓariiat al-Nubuwwah). Teori ini menyatakan bahwa kenabian berhubungan dengan “Aql Fa’āl meskipun jarang terjadi, khususnya orang-orang besar. Akan tetapi hal itu dapat tercapai melalui dua jalan: (1) melalui jalur akal maupun imajinasi, atau (2) melalui jalan kontemplasi (al-Ta’ammul) dan ilmah (inspirasi). Dengan cara pandang yang kritis (al-naẓar) dan kontemplasi, seorang manusia dapat sampai pada derajat “Akal Sepuluh”. Sementara melalui studi dan penelitian jiwanya mampu sampai kepada “’Aql Mustafād” yang dapat menerima cahaya Ilahi (taqbal al-anwār al-Ilāhiyyah). Ketika dapat menerima cahaya Ilahi inilah jiwa telah sampai kepada derajat kenabian, yaitu derajat paling sempurna yang dicapai oleh kekuatan imajinasi. Dan kesempurnaan derajat ini dapat ditempuh oleh manusia melalui kekuatan imajinasi ini (al-quwwah al-mutakhayyilah).

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here