
BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium
Author(s) -
Triastuti Rahayu,
Aminah Asngad,
Suparti Suparti
Publication year - 2017
Publication title -
bioeksperimen
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2527-2799
pISSN - 2460-1365
DOI - 10.23917/bioeksperimen.v3i1.3671
Subject(s) - chrysosporium , horticulture , chemistry , phanerochaete , botany , lignin , biology , organic chemistry
Serat pelepah tanaman salak yang menjadi limbah perkebunan salak di Kabupaten Sleman Yogyakarta sama sekali belum dimanfaatkan dan menjadi sampah/limbah padahal mengandung selulosa 42%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh JPP (Jamur Pelapuk Putih) P. chrysosporium pada proses biopulping serat pelepah salak. Rancangan penelitian menggunakan RAL 1 faktor yaitu jenis inokulum (J0=kontrol, J1= P.chrysosporium). Pelepah tanaman salak dicacah dengan pencacah sampah kemudian disterilkan dalam autoclave selama 45 menit pada suhu 121°C. Serpih pelepah salak (150 g berat kering) dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kemudian diinokulasi 10% inokulum jamur dan diinkubasi dalam suhu ruang (29-30˚C) selama 45 hari. Serpih pelepah tanaman salak yang telah diinkubasi sampai masa inkubasi berakhir dimasak dengan NaOH 10% L: W = 1:5 (L=berat serpih, W=larutan pemasak), lama pemasakan 1 jam. Setelah dimasak, serpih direndam dalam air dingin 1 L selama 24 jam untuk mengoptimalkan sisa-sisa bahan pemasak dalam melunakkan serpih. Selanjutnya serpih dicuci sampai bebas alkali dan diblender menjadi serbuk untuk analisis bilangan Kappa dan kadar holoselulosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P.chrysosporium dapat tumbuh bagus pada substrat serat pelepah salak untuk biopulping dan dapat menurunkan bilangan Kappa 5% setelah 45 hari inkubasi tetapi kadar holoselulosa sama dengan kontrol.