
Kajian Aksiologi Max Scheler Terhadap Operasi Merubah Kelamin pada Manusia (Transeksual)
Author(s) -
Milton T. Pardosi,
Septiana Dwiputri Maharani
Publication year - 2019
Publication title -
jurnal filsafat indonesia
Language(s) - Uzbek
Resource type - Journals
eISSN - 2620-7990
pISSN - 2620-7982
DOI - 10.23887/jfi.v2i1.17552
Subject(s) - humanities , physics , art
Salah satu perkembangan Ilmu pengetahuan modern saat ini adalah tindakan operasi merubah alat kelamin pada manusia. Ini telah menjadi isu penting dalam masyarakat karena terjadi pro dan kontra. Kelompok yang paling menentang adalah kelompok agama. Beberapa negara sudah melegalkan tindakan ini sementara yang lain belum. Latarbelakang seseorang memutuskan merubah alat kelaminnya ada dua: pertama, karena merasa sedang berada di dalam “tubuh yang salah” di mana perilakunya bertolak belakang dengan alat genital yang dimiliki. Kedua, perkembangan alat genital yang tidak sempurna. Itu sebabnya perlu dibuat kajian Aksiologi terhadap keputusan merubah alat kelamin pada manusia tersebut. Aksiologi sendiri berarti ilmu atau teori tentang hakikat nilai yang menyelidiki nilai dalam hal hakikatnya, ukurannya, dan status metafisisnya yang berkaitan dengan kegunaannya. Dalam Aksiologi, Max Scheler memberikan empat tingkatan nilai yaitu: (1) Nilai “kenikmatan” atau “kesenangan” (agreeable) dan “ketidaknikmatan” atau “ketidaksenangan” (disagreeable); (2) Nilai vitalitas atau kesejahteraan atau kehidupan (vital feeling); (3) Nilai spiritual (spiritual values); (4) Nilai kekudusan atau keprofanan atau ketuhanan (the holy). Dari keempat hakikat nilai Max Scheler tersebut didapati bahwa keputusan merubah alat kelamin pada manusia tidak memiliki hakikat nilai apapun kecuali sekedar nilai kenikmatan atau kesenangan. Artinya, tindakan semacam ini sesungguhnya menyangkal hakikat nilai-nilai yang ada. Nilai kenikmatan yang didapatkan melalui operasi merubah kelamin sebenarnya hanya bersifat “fana” atau sesaat karena justru kekecewaanlah yang muncul pada akhirya. Oleh sebab itu, penulis menyarankan agar mereka yang merasa diri terjebak di dalam “tubuh yang salah” lebih baik melakukan terapi kejiwaan dan keagamaan agar hakikat nilai yang ada pada dirinya dapat diperkembang ketimbang melakukan perubahan pada alat kelamin. Kata Kunci: Operasi Kelamin, Aksiologi, Kodrat.