z-logo
open-access-imgOpen Access
KONTAK BAHASA DAN BILINGUALISME: KETERANCAMAN VITALITAS BAHASA TUNJUNG DI DESA NGENYAN ASA, KABUPATEN KUTAI BARAT
Author(s) -
Nurul Masfufah
Publication year - 2021
Publication title -
tabasa
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2746-0789
pISSN - 2746-0770
DOI - 10.22515/tabasa.v1i2.2589
Subject(s) - humanities , data presentation , cartography , geography , art , mathematics , data collection , statistics
Abstrak Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana kondisi kontak bahasa dan bilingualisme di Desa Ngenyan Asa, Kabupaten Kutai Barat yang dapat mempengaruhi kebertahanan hidup atau vitalitas bahasa Tunjung. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket (kuesioner) dan wawancara. Adapun teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dengan model interaktif yang terdiri atas reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ditemukan adanya kontak bahasa antarpenutur di Ngenyan Asa, yaitu bahasa Tunjung dengan Benuaq, Melayu Kutai, Banjar, Jawa, dan Indonesia. Penyebabnya, yaitu perpindahan penduduk,  adanya buruh atau pekerja dari suku lain,  adanya hubungan budaya yang dekat (suku Tunjung dan Benuaq), dan adanya ‘kontak belajar’ di sekolah. Masyarakat penutur bahasa Tunjung di Desa Ngenyan Asa juga cenderung dwibahasawan atau bilingualisme. Mereka menguasai bahasa Tunjung, bahasa Indonesia, dan bahasa Benuaq. Adanya kontak bahasa dan bilingualisme ini dapat mengancam vitalitas bahasa Tunjung. Bahasa Tunjung dapat tergeser oleh penggunaaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah lain yang dianggapnya lebih bergengsi, khususnya di kalangan generasi muda.Abstract This paper describes how the conditions of language contact and bilingualism in Ngenyan Asa Village, West Kutai district can affect the survival or vitality of the Tunjung language. Data collection techniques using questionnaires and interviews. The data analysis technique uses descriptive analysis techniques with an interactive model consisting of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the results of research and discussion, it was found that there were contact languages between speakers in Ngenyan Asa, namely Tunjung languages with Benuaq, Kutai Malay, Banjar, Javanese, and Indonesian. The reasons for this are the movement of the population, the existence of laborers or workers from other tribes, the existence of close cultural relations (the Tunjung and Benuaq tribes), and the 'learning contacts' at the school. The Tunjung language community in Ngenyan Asa Village also tends to be bilingual or bilingualism. They mastered Tunjung, Indonesian and Benuaq. The existence of language contact and bilingualism can threaten the vitality of the Tunjung language. The Tunjung language can be displaced by the use of Indonesian and other regional languages which it considers more prestigious, especially among the younger generation.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here