Open Access
Mencari Formulasi Baru antara Agama dan Sains: Refleksi Etis atas Kasus Bank Sperma
Author(s) -
Mibtadin Mibtadin
Publication year - 2016
Publication title -
shahih
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2527-8118
pISSN - 2527-8126
DOI - 10.22515/shahih.v1i2.404
Subject(s) - sperm bank , sociology , demography , population , fertility
The emergence of a sperm bank with its effects becomes the topics that are strictly discussed by religion and science, and there is no common ground. The religion with its text power as a justification forced of science. The conflict between the religion and science related to the sperm bank occurred since there are no clear boundaries among them. The existence of the sperm bank basically becomes a necessity for those with special needs, for instance to continue the descendant, under a certain condition, as the objective to keep human from extinction. The sperm bank as a form of representation of biotechnology advance should not be impacted with the religious values, because the sperm bank itself is not free from the values, then the religion and science is able to cooperate to bring people to the better life conception in which the knowledge is reinforced by the religious morality. The harmonious relations will be materialized if the science and religion is able to keep their egos not to overthrow; otherwise both of them have to be interrelated each other.Kemunculan bank sperma dengan berbagai efeknya menjadi diskursus yang secara ketat dibicarakan oleh agama dan sains, serta belum ada titik temu. Agama dengan kekuatan teks sebagai kekuatan justifikasi pada sains. Konflik antara agama dan sains terkait bank sperma terjadi karena tidak jelasnya batas-batas diantara keduanya. Keberadaan bank sperma pada dasarnya menjadi kebutuhan bagi mereka yang berkebutuhan khusus, misalnya untuk menyambung generasi, dengan catatan dalam kondisi tertentu, sebagaimana tujuannya untuk menjaga manusia dari kemusnahan. Keberadaan bank sperma sebagai bentuk representasi kemajuan bioteknologi tidak seharusnya dibenturkan dengan nilai-nilai agama, karena keberadaan bank sperma sendiri tidak bebas dari nilai, maka agama dan sains bisa bekerja sama untuk membawa manusia pada konsepsi kehidupan yang lebih baik dimana keberadaan pengetahuan dikuatkan dengan moralitas agama. Relasi yang harmonis ini akan bisa terwujud selama sains dan agama mampu menjaga ego masing-masing untuk tidak saling menjatuhkan, malah sebaliknya keduanya harus saling tegur sapa.