
Perlindungan Perempuan dan Pernikahan di Bawah Umur
Author(s) -
Dwi Anggun Apriyanti
Publication year - 2021
Publication title -
pampas
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2721-8325
pISSN - 2721-7205
DOI - 10.22437/pampas.v2i1.12676
Subject(s) - sociology , morality , gender studies , humanities , political science , art , law
Advocates for ending child marriage in Indonesia face an uphill battle. The practice of child marriage is rooted in broader structural problems such as poverty and gender inequality which are intertwined with people's views on marriage, sexuality and morality according to religion and tradition. In this regard, the practice of child marriage must be understood in various fields such as religious norms on marriage, morality around premarital sex, people's views on gender and the role of children and parenting, which are not all pro-women. The views on child marriage, how child marriage is practiced, the rules and enforcement are different and often contradictory between actors and institutions, however it is girls who suffer the most as a result of the practice of child marriage. This study discusses the government efforts that have been made in protecting women and underage marriages and sees to what extent these actions can eradicate and protect.AbstrakAdvokasi untuk mengakhiri pernikahan anak di Indonesia menghadapi perjuangan berat. Praktik perkawinan anak berakar pada masalah struktural yang lebih luas seperti kemiskinan dan ketimpangan gender yang saling terkait dengan pandangan masyarakat tentang perkawinan, seksualitas, dan moralitas menurut agama dan tradisi. Berkaitan dengan hal tersebut, praktik perkawinan anak harus dipahami dalam berbagai bidang seperti norma agama tentang perkawinan, moralitas seputar seks pranikah, pandangan masyarakat tentang gender serta peran anak dan pola asuh yang tidak semuanya berpihak pada perempuan. Pandangan tentang perkawinan anak, bagaimana perkawinan anak dipraktekkan, peraturan dan penegakannya berbeda-beda dan seringkali kontradiktif antara aktor dan lembaga, namun anak perempuanlah yang paling menderita akibat praktek perkawinan anak. Penelitian ini membahas upaya pemerintah yang telah dilakukan dalam melakukan perlindungan terhadap perempuan dan pernikahan di bawah umur dan melihat sejauh mana tindakan ini dapat meberantas dan melindungi.