
EKSISTENSI BRAHMAVIHARA ARAMA SEBAGAI DESTINASI WISATA EDUKASI DAN SPIRITUAL DI DESA BANJAR TEGEHA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG
Author(s) -
Putu Sabda Jayendra,
I Nyoman Sudiarta
Publication year - 2020
Publication title -
hospitality management/jurnal ilmiah hospitality management/jurnal ilmiah hospitality management
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2356-5411
pISSN - 2087-5576
DOI - 10.22334/jihm.v11i1.176
Subject(s) - humanities , art
Brahmavihara Arama yang berlokasi di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng merupakan vihara Buddha terbesar di Bali. Vihara ini merupakan tempat suci yang diperuntukkan bagi umat Buddha yang didirikan sejak tahun 1969. Brahmavihara Arama merupakan salah satu destinasi wisata bernuansa religi, edukatif, dan spiritual yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Keberadaan vihara ini sangat unik dan menarik karena berada di tengah-tengah komunitas masyarakat Hindu Bali. Terlebih arsitektur vihara tersebut tidak sama dengan vihara yang bercorak kebudayaan Tiongkok, namun lebih dominan menggunakan arsitektur Bali. Fenomena ini tentu memiliki aspek historis dan filosofis yang sarat akan muatan edukatif. Fenomena lainnya adalah adanya aktivitas pelatihan meditasi yang melibatkan wisatawan mancanegara secara terstruktur yang terpusat di vihara ini. Hal tersebut menarik dan penting untuk dikaji lebih jauh, sehingga penelitian ini akan berfokus pada permasalahan materi edukasi yang disosialisasikan kepada wisatawan, serta aktivitas implementasi spiritualitas yang terjadi di Brahmavihara Arama. Penelitian ini mempergunakan Teori Interaksionisme Simbolik dan Teori Fungsionalisme Struktural dalam menganalisis permasalahannya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa aspek-aspek edukatif yang didapat wisatawan adalah toleransi (respect) dan filosofi pendakian spiritual melalui tahapan-tahapan dalam tiap struktur bangunan suci vihara yang dikunjungi. Sedangkan pola spiritualitas yang diterapkan pada wisatawan yang memang ingin mempelajari meditasi dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah pengenalan ajaran Metta (kasih sayang universal), kemudian Samatha, yaitu melatih ketenangan melalui anapanasati, yaitu pengaturan napas. Setelah pengaturan napas dan posisi tubuh telah dikuasai barulah lanjut ke tahap Vipassana.