z-logo
open-access-imgOpen Access
Produksi dan Kadar Flavonoid Daun Sambung Nyawa <em> (Gynura procumbens</em> (Lour.) Merr.) pada Tiga Fase Agroforestri
Author(s) -
Deborah Gita Sakinah,
Eka Tarwaca Susila Putra,
Rohlan Rogomulyo
Publication year - 2018
Publication title -
magazine mitra investor (edisi elektronik)
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2302-7452
DOI - 10.22146/veg.38127
Subject(s) - traditional medicine , horticulture , biology , medicine
Sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) merupakan salah satu tanaman obat yang telah menjadi bahan baku industri farmasi yang permintaannya akan semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan obat herbal. Penanaman di agroforestri dapat menjadi solusi atas keterbatasan lahan pertanian dan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi sambung nyawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fase perkembangan agroforestri yang paling optimal bagi produksi sambung nyawa. Penelitian dilakukan di zona Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul dan disusun dalam rancangan over site faktor tunggal dengan tiga kali ulangan. Faktor tunggal berupa fase perkembangan agroforestri yaitu fase awal, fase tengah, dan fase lanjut. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa tanaman sambung nyawa memiliki daya adaptasi yang cukup luas jika diusahakan dengan konsep agroforestri karena memiliki laju pertumbuhan, produktivitas, serta kualitas hasil yang sama ketika dibudidayakan pada agroforestri fase awal, tengah, dan lanjut. Kualitas daun sambung nyawa yang dihasilkan pada agroforestri fase awal, tengah, dan lanjut cukup baik dan dapat memenuhi standar Farmakope Herbal Indonesia, khususnya dari aspek kadar flavonoid. Secara berturut-turut kadar flavonoid daun sambung nyawa yang dihasilkan pada fase awal, tengah, dan lanjut adalah 1,42; 1,72; dan 1,18 %b/b.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here