Open Access
Peran Metode Experiential Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa
Author(s) -
Retno Sulistyowati
Publication year - 2015
Publication title -
efisiensi
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2528-5750
pISSN - 1412-1131
DOI - 10.21831/efisiensi.v7i2.3917
Subject(s) - psychology , humanities , experiential learning , pedagogy , philosophy
Selama ini materi dan metode yang disajikan pada Program Studi Sekretari cenderung bersifat konvensional, kuliah atau kerja praktek. Titik beratnya pada aspek pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills). Hal ini menimbulkan gap karena untuk menjadi lulusan siap kerja, mahasiswa harus dibekali aspek-aspek lain yang tidak kalah penting, yaitu pengembangan sikap (attitudes) dan perilaku (behavior). Salah satu pengembangan sikap dan perilaku yang penting dikembangkan adalah kemampuan berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kompetensi yang bersifat aplikatif, berkaitan erat dengan kepribadian juga menyangkut relasi dengan orang lain dianggap lebih efektif dipelajari dan dipahami jika disampaikan dengan metode experiential learning.Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental dengan desain one group pretest-posttest design, yaitu dengan tes pra perlakuan (kemampuan komunikasi) dan tes paska perlakuan (kemampuan komunikasi) untuk melihat akibat pemberian perlakuan eksperimen (experiential learning). Subjek penelitian, mahasiswa Prodi Sekretari Politeknik PPKP Yogyakarta. Analisis data menghasilkan nilai uji t =-1.037 (p > 0.05). menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi sebelum diberikan materi komunikasi dengan metode experiential learning tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan komunikasi setelah diberikan materi komunikasi dengan metode experiential learning.Faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu: keterbatasan durasi kegiatan (mulai pukul 10.00 sid 13.00 WIB) sehingga permainan kurang banyak dan bervariasi menyebabkan poin pembelajaran yang akan diraih menjadi terbatas. keterbatasan ruang kegiatan yaitu hanya di dalam kelas menyebabkan peserta merasa kurang bebas dalam menyampaikan ekspresinya