
Pemberdayaan dan Penanganan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Wilayah Kota Batu
Author(s) -
Sugiyanto Sugiyanto,
Iwan Nurhadi,
Lintar Brillian Pintakami
Publication year - 2022
Publication title -
jepa (jurnal ekonomi pertanian dan agribisnis)
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2614-4670
pISSN - 2598-8174
DOI - 10.21776/ub.jepa.2022.006.01.19
Subject(s) - physics , humanities , philosophy
Indonesia adalah Negara dengan populasi penduduk yang nomor 4 terbanyak di dunia, dan semakin bertambah dari tahun ketahun. Bertambahnya jumlah penduduk tentunya akan diikuti dengan bertambahnya permintaan akan bahan pangan. Fenomena tersebut menyebabkan pemerintah harus berupaya agar kebutuhan akan bahan pangan terus tercukupi yang berasal dari hasil produksi dalam negeri maupun dari luar negeri. Ketahanan pangan berjalan lurus dari status gizi suatu Negara. Status gizi yang baik dapat terwujud jika pola konsumsi pangan pada tingkat rumah tangga dan individu juga baik. Pola konsumsi yang baik adalah pola konsumsi yang diasup secara beragam, berimbang, berigizi dan aman. Konsumsi yang beragam adalah bahan pangan yang dikonsumsi tersebut harus beragam dan tidak hanya bergantung pada satu jenis bahan pangan saja. Konsumsi yang berimbang adalah sumbangan setiap jenis sumber pangan harus tercukupi tanpa salah satunya mengalami kelebihan ataupun kekurangan. Bahan pangan yang aman adalah kondisi bahan pangan yang terhindar dari zat-zat berbahaya jika dikonsumsi. Berdasarkan keterangan tersebut diketahui pola konsumsi Masyarakat di Wilayah Kota Batu masih didominasi oleh tingginya konsumsi dari sumber pangan karbohidrat, terutama beras. Oleh sebab itu diperlukan perubahan dalam pola konsumsi pangan dengan meningkatkan pendidikan, pengetahuan gizi, dan kesejahteraan masyarakat, sehingga status gizinya tercukupi. Penelitian ini bertujuan memetakan dan menganalisis Penanganan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Wilayah Kota Batu, penentuan responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data primer melalui kuisioner dan wawancara, sedangkan data sekunder bersumber dari data BPS dan Instansi terkait.