z-logo
open-access-imgOpen Access
PERGUMULAN ISLAM DAN BUDAYA JAWA DI LERENG GUNUNG MERBABU PERSPEKTIF DAKWAH
Author(s) -
Ahmad Faqih
Publication year - 2014
Publication title -
jurnal ilmu dakwah/jurnal ilmu dakwah
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2581-236X
pISSN - 1693-8054
DOI - 10.21580/jid.v34.1.45
Subject(s) - shamanism , islam , sociology , humanities , religious studies , art , theology , philosophy
Pakis people who live at the valley of Mount Merbabu is the representative of syncretic Javanese Muslims. As Muslims, they carry out the Islamic shari'ah. But as Javannese people, they perform Javanese cultural traditions such as shamanism. They practice it as a way to solve their life problems, such as to cure diseases, to find lost things, and to win the competition in the selection of certain positions. By using a qualitative approach, the study found a character positive change as a result of consistently da’wah efforts by the preachers. They have implemented a kind of cultural da’wah, as a strategy to encourage the society to change their shamanism tradition gradually. The preachers realize that this tradition is dominant in the society, so that if they used a structural strategy of da’wah, social upheavals could happen among the society in which finally would fail the da’wah mission. *** Masyarakat Desa Pakis yang hidup di kaki Gunung Merbabu, merupakan reperesentasi umat Islam Jawa dengan karakter sinkretik. Mereka beragama Islam dan menjalankan syari’at-Nya, tetapi sebagai orang Jawa mereka melaksanakan tradisi dan budaya Jawa seperti perdukunan. Perilaku berdukun dilakukan masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan cara untuk menyelesaikan problem yang mereka hadapi. Seperti usaha untuk menyembuhkan penyakit, mencari benda-benda yang hilang, memenangkan persaingan dalam pemilihan jabatan tertentu. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan gejala perubahan karakter itu yang positif sebagai hasil nyata dari upaya dakwah yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.Para da’i menerapkan dakwah kultural, sebagai strategi untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dari berdukun secara perlahan. Da’i juga menyadari bahwa budaya berdukun cukup dominan di masyarakat,sehingga jika digunakan strategi struktural dikhawatirkan akan menimbulkan kegoncangan sosial di masyarakat. Pada akhirnya dakwah yang dilakukan akan menemukan kegagalan.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here