z-logo
open-access-imgOpen Access
Majas Eufimisme Dalam Kamigata Rakugo Karya Katsura Beicho
Author(s) -
Nalti Novianti
Publication year - 2012
Publication title -
lingua cultura/lingua cultura
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2460-710X
pISSN - 1978-8118
DOI - 10.21512/lc.v6i1.393
Subject(s) - humanities , art
Euphimisme merupakan sebuah majas yang bertujuan untuk menghaluskan satu ucapan agar petutur tidak perlu mendengarkan kata-kata tabu atau kasar. Selain itu majas inipun bertujuan untuk memperkecil perasaan tidak nyaman petutur saat sedang melakukan tindak komunikasi. Artikel menjelaskan penelitian yang membahas masalah eufimisme melalui sebuah cerita humor Jepang, yaitu Rakugo karya Katsura Beichoo yang berjudul Aizo moyo. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana eufimisme dapat digunakan untuk menarik unsur humor dari cerita yang disajikan. Rakugo daerah Kansai atau sering disebut dengan Kamigata rakugo, ceritanya banyak dilatarbelakangi oleh budaya Kansai yang kental dengan budaya perdagangan. Osaka sejak dulu terkenal sebagai kota perdagangan yang diwarnai hubungan sosial yang vertikal, dengan tipisnya hubungan hierarki antara atasan dan bawahan. Sementara di daerah Tokyo hubungan sosial antar manusianya lebih ke arah hierarki tinggi yang mengusung ketat hubungan atasan dan bawahan. Karena itulah budaya Osaka lebih kental dengan berbagai problem manusia yang tidak mementingkan hierarki, dan justru itulah yang membuat budaya Osaka kaya akan warna, dan disebut dengan “Wahha Bunka“ atau budaya ketawa ala Osaka. Untuk meneliti eufimisme dalam unsur humor ini, penulis menggunakan teori relevansi dari Sperber dan Wilson (1991). Kemudian untuk menemukan unsur humornya digunakan teori Raskin (1996), yang didukung oleh Ross (1998).

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here